Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Pengalaman Menanggulangi Ular Masuk Rumah

12 Februari 2015   14:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:21 14512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Heran juga, rasanya pagar tembok sudah rapat dan tinggi. Dari mana ular itu bisa masuk? Belakangan saya tahu di tanah bagain bawah konstruksi sloof ada lubang tikus sebesar lengan yang menghubungkan keluar halaman. Pantas saja bisa masuk!

Ular itu panjangnya sekitar 1 meter, warna hitam pekat, mata hitam berkilau dan lidah menjulur. Suara desisnya terdengar jelas. Separuh badannya berdiri tegak dengan kepala gepeng. Tampaknya sudah siap berkelahi.

Kalau disodok pakai mandau yang saya pegang agak sulit karena gerakan terbatas di bawah meja kecil yang tingginya hanya sekitar 40 cm. Bisa-bisa hanya sekedar menyentuh kemudian ular itu lari ke tempat lain dan itu jadi masalah baru. Lagi pula mandau relati pendek, sangat berbahaya bila di jarak dekat tiba-tiba si Kobra menyemburkan racunnya mengenai mata. Bagaimanapun saya harus jaga jarak!

Kalau menggunakan kayu panjang juga tak maksimal karena posisi ular di sudut sempit. Apalagi menyergapnya pakai kain handuk basah sangat tidak mungkin.

Semua teori yang saya dapatkan waktu Pramuka jaman sekolah tak bisa diterapkan karena situasi lapangan tak memungkinkan.

Tapi dasar si Bengal yang baik hati dan tidak sombong. Saya dapat akal! Segera saya kembali ke rumah utama, dan istri saya sudah menunggu dengan was-was. Saya katakan ada ular kobra, bukan maling. Saya pinta dia segera masak air sampai mendidih. Awalnya dia bingung untuk apa? Tapi kemudian 'nerimo' dan masih bingung walau telah saya jelaskan.

Segera saya bawa air mendidih tadi yang sudah dicampur garam dan cuka. Air itu dimasukkan dalam ember dan tak lupa bekal gayung dari kamar mandi.

Dengan air digayung itu saya siramkan air panas tadi ke ular. Tak ada ampun, tubuhnya yang tadi tegak menantang langsung bergulung (kesakitan?). Kembali saya siram, ular itu makin tak berdaya. Kemudian dengan tongkat kayu saya seret keluar dari kolong meja.

Di teras lapang itulah saya eksekusi ular itu. Caranya? Disensor! Yang jelas darah membuncah di lantai teras gudang.

Konon kata orang-orang tua, bila membunuh ular bila bekasnya tidak bersih maka teman-temannya akan datang lebih banyak lagi karena mencium darah korban.

Tak mau ambil resiko, saat itu juga saya bersihkan TKP dengan air panas, dan saya siram bensin. Tidak ada sisa. Terbukti, teman-temannya tidak datang, tuh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun