Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Netralitas Gado-gado Pedes Aparat Kepolisian di Persidangan BG

17 Februari 2015   06:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:04 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_369295" align="aligncenter" width="624" caption="Anggota Polri mencukur rambut sebagai perwujudan syukur atas dikabulkannya sebagian gugatan praperadilan Komjen Pol Budi Gunawan atas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (16/2/2015). Hakim tunggal Sarpin Rizaldi memutuskan bahwa penetapan tersangka Budi , Sumber : kompas.com"] Sejumlah anggota Polri melakukan sujud syukur atas dikabulkannya sebagian gugatan praperadilan Komjen Pol Budi Gunawan atas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (16/2/2015). Hakim tunggal Sarpin Rizaldi memutuskan bahwa penetapan tersangka Budi Gunawan oleh KPK tidak, Sumber ; kompas.com

Melihat drama sidang keputusan praperadilan Komjen Budi Gunawan (BG) serasa makan gado-gado pedes ; ngeri-ngeri sedap campur aneh tapi nyata. Pertama, ada kelompok masyarakat pendukung BG hadir dalam jumlah cukup besar. Kedua, sejumlah aparat kepolisian melakukan sujud syukur dan potong rambut setelah BG dinyatakan ‘menang’ dalam sidang praperadilan.

Banyaknya pendukung BG yang hadir dari kelompok masyarakat jelas atau tidak jelas menjadikan tontonan tersendiriyang menarik campur harap-harap cemas.

Sebagai pendukung, mereka ternyata tak cukup hanya nonton di televisi di rumah masing-masing tapi perlu sekalian hadir di gedung pengadilan. Jadi mirip pendukung pertandingan sepakbola. ‘Kagak nonton langsung kagak nikmat’

Uniknya, mereka pun tidak bisa masuk menyaksikan langsung pertandingan dalam ruang sidang. Bahkan sebagian kelompok berbagi tugas, ada yang merambah sampai ke halaman istana negara. Sungguh hebat kharisma Komjen BG ini.

14241026691968974178
14241026691968974178
[/caption]

Hal paling unik lagi adalah sejumlah aparat kepolisian secara ekspresif bersuka cita sujud sukur dan gunting rambut menyambut kemenangan Komjen BG. Keunikan ini merayakan dirinya mengingat aparat kepolisian itu seharusnya adalah orang-orang netral-tidak berpihak pada kelompok manapun yang berseteru di negeri ini. Mereka digaji rakyat untuk berpihak pada kepentingan umum, yaitu rakyat banyak. Bukan pada kelompok tertentu. Apakah itu etis? Entahlah, karena etis dan moral tak lagi jelas defenisinya di negeri ini.

Pihak kepolisian yang biasanya ketat terhadap pelanggaran etika anggotanya ini mungkin ikutan larut dalam gegap gempita sukacita. Kalau demikian, maklum saja. Orang yang lagi senang tak boleh diganggu, nanti bisa marah-sumarah, boo !

[caption id="attachment_369298" align="aligncenter" width="624" caption="Sang Kapolres Jakarta Selatan dielu-elukan usai Komjen BG menang di pengadilan negeri Jakarta Selatan, sumber ; kompas.com"]

14241027771806386684
14241027771806386684
[/caption]

Bandingkan perbedaannya bila Projen PB (Profesor Jenderal Pebriano Bagindo)  berpekara dan didukung Kompasianer Kenthir berbaju kaos Kompasiana di gedung pengadilan. Tentu sah-sah saja karena mereka tidak digaji rakyat tapi oleh Aliansi Kompasianer Kenthir. Ketika Projen Pebriano Bagindo dinyatakan menang mereka kemudian menari genjer-genjer di lingkaran tentu sah-sah saja, bukan? Kalau pun ada pelanggaran etika, akan ada surat cinta mesra dari admin dan kang Pepih Nugraha. Paling sial dibanned dariKompasiana diiringai tangis diam-diam pengggemar tulisan Projen Pebriano Bagindo.

Ahh, dapat dibayangkan bila tadi pagi Komjen BG dinyatakan ‘kalah’ di pengadilan kemudian kelompok rakyat tak jelas dan rakyat jelas itu melakukan huru-hara sebagai bentuk kekecewaan. Bagaimana sikap para polisi yang menjaga keamanan tadi? Karena mereka juga pendukung BG dan turut kecewa bisa-bisa mereka berlaku permisif dengan membiarkan kelompok rakyat jelas dan tak jelas tadi berbuat onar. Dan bahkan, aparat itu ikut berbuat onar !

Kali ini, beruntunglah BG menang. Kita harus bersyukur dan berterimakasih pada hakim Sarpin Rizaldi. Karena dengan begitu asset negara yakni gedung dan lingkungan gedung pengadilan negeri tidak jadi rusak. Inilah sisi positif kemenangan Komjen BG dibandingkan Projen PB !

Sudah itu saja dulu, saya mau ke toilet karena sakit perut mules kepedasan makan gado-gado ngeri-ngeri dedap. Salam sejahtera untuk saya semua !

[caption id="attachment_369299" align="aligncenter" width="460" caption="Kelompok masyarakat pendukung Komjen BG, sumber gambar : http://images.detik.com/content/2015/02/16/10/083117_massabg2.jpg"]

1424102832774250292
1424102832774250292
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun