Pada titik kematian itulah terlihat bahwa Nyawa dan Nyali menjadi tontonan Paradoksial manusia Berani. Saat kematian masih belum tampak maka umbar nyali tadi sebenarnya tak lebih gertak sambal yang tidak pedes sama sekali.
Seorang preman pasar bertampang serem, bersuara bak petir menggelegar pun lari tunggang langgang ke balik lapak sayur mpok Ifani saat deru senjata petugas berdesing-desing akan menyergapnya.
Maaf, ini merupakan pengandaian, hanya sebuah contoh 'kongkrit' untuk sebuah perenungan. Tak ada maksud apa-apa.
Untuk bernyali seperti Ahok walau sulit bukan berarti tidak bisa.
Pertama, kesiapan diri sendiri terhadap kondisi terburuk. Tetap konsisten memegang prinsip dan menganggap resiko kematian adalah sebuah tempat bermain yang indah. Hal yang sama harus dipahami betul oleh keluarga dan orang-orang yang dikasihi.
Kedua, melakukan komunikasi secara terbuka dan terus menerus dengan pihak keluarga tentang kondisi terburuk ini. Dan bila hal itu datang, menganggapnya sebuah kehidupan yang membahagiakan. Tidak ada traumatik, tangis penyesalan, meronta-ronta dan pingsan.
Saat ini Ahok sedang Uji Nyali dengan DPRD DKI. Ini merupakan level terendah (ringan) setelah Rumah Sakit dan Kuburan.
Semoga Ahok tetap kuat dan mampu memenangkannya demi sebuah kebenaran yang diperjuangkannya.
Meniru Ahok, beranikah Anda selaku Kompasianer mengatakan ; Saya atau subyek yang saya tulis di Kompasiana itu masuk penjara !
Saya sih masih sayang istri, anak-anak, keluarga besar dan saya masih ingin jalan-jalan di Mall sampai tua.
Selamat ber-Nyali sambil jaga Nyawa, temans...
Salam damai..
Inspirasi artikel dari Berita ; http://megapolitan.kompas.com/read/2015/02/25/14581501/Ahok.Saya.atau.Anggota.DPRD.DKI.Masuk.Penjara/?utm_source=kompasiana&utm_medium=widget&utm_campaign=w_terpopuler
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H