Mohon tunggu...
Warnie Peach
Warnie Peach Mohon Tunggu... karyawan swasta -

penyuka cerita dan kata-kata, pemimpi kecil yang sedikit demi sedikit tengah melangkah meraih apa yang diimpikannya...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Novel: More Than Love - By Prie Gs

4 September 2010   03:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:28 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak bakri menghela nafas.

“Terus soal pertemuan saya dengan orang tua Paulin. Jelas saya minder. Sangat minder!Rumahnya sangat luas, sangat besar. saya tidak tahu bagaimana rumah itu dibangun. Berapa tukang yang harus dikerahkan. saya bayangkan. kalau rumah itu dipetak petak jadi perumahan tipe 21, pasti akan terkumpul seratus buah rumah. jauh lebih banyak pembantu ketimbang anggota keluarga yang tinggal didalamnya. saya grogi berat….”

“Tapi lagi – lagi saya punya hak untuk berjuang mengatasi rasa minder saya. didepan pintu, saya termangu menatap karpetnya yang tebal. haruskah saya melepas sepatu saya…” Ipung mengangkat kaki dengan sepatu bututnya. Semua tergelak.

“Ternyata saya putuskan tidak. saya takut, tuan rumah akan lebih menghina saya kalau sepatu saya copot. saya masuk. sopan. lagak saya biasa saja. jelas itu akting, karena saya gemetaran. tapi apakah penghinaan namanya kalau saya pura – pura tenang? apakah orang kaya berhak menuntut saya untuk terbongkok – bongkok? ah rasanya tidak . saya tidak dibayar untuk itu.”

“Kemudian saya ketemu orang tua Paulin. Mami papi paulin. Hanya menantu gila yang tidak grogi melihat calon mertua.Tapi apa semudah itu saya diterima sebagai calon menantunya?!Tidak. Alot sekali permintaan itu. tapi apakah saya menyerah?!siapa yang mengharuskan saya untuk menyerah?Tidak Ada! Maka saya memilih tidak menyerah. Ini bukan soal miskin atau kaya. Siapa saja bisa melakukanya. Jadi Marjikun tak usah mengadili saya ditempat seperti ini kalau ingin mengobati rasa mindernya!”

“Marjikun aku heran, Wajahmu mirip mandra apa yang kau risaukan.Saya yakin, Karena Mandra minder, maka ia memilih jadi bintang sinetron. Karena saya minder, saya nekad mencintai Paulin. Bukan Sebaliknya!!!!!!!!!!!!!”

“Kita sama – sama tidak cakep MArjikun,Tapi adalah suatu Bukti Kalau Paulin Mencintai Saya.SEKIAN!”


didalamnya ceritanya terdapat makna yang sangat dalam, dimana rasa percaya diri menjadi modal yang utama, dimana niat dan kemauan itu harus selalu ada dalam hidup, DImana rasa rendah diri atau minder itu bukan sikap yang bagus dan halangan. Hidup untuk siapa saja dan diberikan oleh Tuhan  untuk dijalani dan dinikmati siapa saja. kenapa harus merasa berbeda jika memang berbeda. dan sudah menjadi fakta Keberanian mengalahkan segalanya. orang biasa jangan pernah ragu untuk menjadi seorang yang luar biasa.!!

kenapa saya tertarik dengan kisah ini. karena dari situ saya mendapatkan makna yang indah dan barokah. saya pernah seperti ipung, namun tentu saja tidak secerdik dia, lebih banyak saya mengalah. namun yang pasti saya selalu sadar bahwa hidup saya tidak bergantung dengan orang lain. justru saya sendirilah yang harus mengarahkan. kenapa harus takut bila kita berjalan dijalan yang benar.

Kisah yang bagus. Dua jempol untuk Mr. Prie GS. saludd. dan sukses selalu. dan untuk para pembaca, jangan melewatkan novel inspiratif ini. :D

Juga di Post Disini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun