Aneh memang sepanjang kurang lebih 2 tahun ini, saat jarak memisahkan raga berjumpa hanya via layar kaca. Tiba-tiba dunia kita senyap, pintu-pintu rumah tertutup, hingar-bingar klakson di jalanan terhenti berganti dengan sirine ambulans yang silih berganti berbunyi.Â
Pandemi COVID-19 sebuah makhluk kecil yang tak terlihat bernama virus Korona sebenarnya pasukan yang Allah kirimkan kepada kita yang ingin berpikir. Karena dibalik tanda-tanda penciptaan alam adalah kebesaran Allah swt yang akan membuat kita takjub bahwa kita adalah bagian penciptaan-Nya.Â
" Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir," (QS. Al-Jasiyah:13)
Virus korona mengingatkan kita bahwa pertemuan adalah barang yang mewah. Pertemuan memang dapat dilakukan selama pandemi melalui teknologi kita masih bisa bertatap muka secara maya pada mereka yang dirindukan. Ya, melalui teknologi pula kita dapat bertemu kapan saja, dinmana saja dan sedang apa saja.Â
Sebagaimana yang kita tahu melalui zooming atau aplikasi pertemuan daring lainnya seseorang bisa saja berada di ruang daring namun jasadnya bisa jadi sedang tertidur pulas atau sedang menikmati masakan padang dengan bulir-bulir nasi di sela-sela jari jemari.
 Meskipun  secara daring yang hendak kita pahami pertemuan adalah pertemuan. Tak mengapalah jika memang kita tak ingin menghidupkan  kamera tapi setidaknya kita hadir di dalam pertemuan itu. Ikut mendengarkan dan menyimak saja cukup sebagai kontribusi yang paling minim dalam pertemuan daring.Â
Namun pertemuan secara luring atau tatap muka tetaplah tak terganti. Beda rasanya bertemu secara langsung meskipun waktu yang kita sediakan akan lebih banyak dibanding dilakukan secara luring. Kebijakan memulai Pembelajaran Tatap Muka  (PTM) dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat patut untuk didukung. Bertemu secara langsung meskipun dengan waktu yang sedikit adalah sebuah keistimewaan jika dibandingkan dengan kondisi pandemi maupun saat PPKM masih berada di level 4.
Melihat masyarakat berlomba-lomba menghampiri sentra-sentra vaksinasi adalah sebuah langkah awal untuk kita bersama-sama menjaga satu sama lain. Kesadaran tiap individu untuk menerapkan protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi akan mempercepat kekbalan kelompok hingga kita dapat segera bertemu namun tetap saling melindungi.Â
Usaha-usaha yang kita lakukan ini adalah sebuah ikhtiar agar kita dapat segera saling berjumpa satu sama lain. Bukankah pandemi telah menyadarkan kita betapa istimewanya sebuah pertemuan?.
Belum bisa dikatakan kenal dekat seseorang jika belum mendengar suara buang angin dari teman sejawat atau rekan kerjanya. Kalau hanya mencium bau mungkin kita bisa cium ketika kita berkendaraan umum atau saat mengantri di ruang publik. Pertemuan sesungguhnya terdapat banyak keberkahan yang tersimpan didalamnya. Sebuah majelis ilmu merupakan taman-taman surga bagi anak manusia.Â
Bertemu dengan guru dan teman sesama murid tak sekedar urusan mencari ilmu. Memandang guru dan teman sejawat secara langsung atau bermuhajaha adalah rahmat. Disana kita dapat melihat kondisi satu sama lain secara nyata mungkin jika dilakukan secara daring kita tidak dapat melihat mimik wajah teman kita sedang marah, sedih maupun gundah gulana.Â
Kita tak bisa mendengar suara bisik-bisik dalam suatu forum entah sedang berbincang apa atau bagi sepasang jomblo yang akan senang sekali melihat kekasih yang ia cintai. Kata jomblo ini tepat dipakai hanya untuk yang belum diikat tali pernikahan. Karena bagi penulis selama janur kuning belum melengkung semuanya masih dikatakan jomblo hihi...
Jika dikaitkan dengan rahmat dari Sang Pencipta maka disanalah kita menyadari bahwa Tuhan menciptakan ragam mimik wajah, ragam tingkah laku, ragam pola pikir. Tak heran jika membaca kisah-kisah para pencari ilmu mati-matian berkelana hanya untuk bertemu seorang guru. Para pencari ilmu rela melakukan tantangan-tantangan yang diberikan gurunya agar dapat dekat dengan guru.
Di sinilah kita simpulkan agar kita terus mempercepat proses vaksinasi dan menjaga protokol kesehatan dengan ketat karena pembelajaran tatap muka, muhajahah, majelis, kongkow, rapat, bertamu, ngobrol dan kencan bukan soal kumpul-kumpul tapi ini soal rasa. Rasakanlah!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H