Jalaluddin Rumi salah satu ulama sufi yang terkenal dengan syair-syairnya terutama yang bertemakan cinta. Memiliki nam lengkap  Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri. Berkat kafaqihannya pada ilmu agama  membuatnya dihormati dan disegani masyarakat di kotanya. Suatu ketika Rumi didatangi oleh gurunya yang bernama Syamsuddin atau dikenal dengan Syams.
Rumi begitu senang dikarenakan kehadiran seorang Syams yang sudah lama tak mengunjunginya. Pada jamuan makan malam Syams pun meminta sesuatu yang tak pernah terpikirkan oleh Rumi. Sang Guru meminta agar Rumi membelikan arak sebagai hadiah atas kedatangannya.Â
Rumi pun tak menyangngka jika sang guru yang juga seorang yang taat beragama ini  menyukai arak yang dalam ajaran Islam adalah sesuatu hal yang diharamkan.Â
Rumi pun menyampaikan hal tersebut kepada sang guru namun Syams tetap dengan permintannya. Apalagi Rumi adalah ulama di kotanya apa yang dikatakan orang jika dia membeli arak yang diharamkan itu.
"Jika kau malu, mintalah pembantumu membelikannya," perintah Sang Guru.
"Bagaimana mungkin meminta orang lain membelikannya?," Rumi menjawab.
"Kalau begitu belilah di luar kota yang mana orang tidak mengetahui siapa dirimu karena jika tidak dibelikan arak aku tidak akan makan, tidak akan bercerita denganmu," kata Sang Guru kepada Rumi.
Karena kecintaannya kepada Sang Guru, Rumi pun berjalan ke luar kota asalnya sembari mengendap-ngendap dengan menutupi wajahnya dengan jubah agar orang tak mengelainya.Â
Lalu sampailah Rumi di perbatasan kotanya dan ia pun mengunjungi kedai minuman keras yang dimiliki seorang nasrani. Namun siapa sangka diantara penghuni kota itu mengenal Rumi. Kabar seorang ulama terkenal itu pun tersebar di masyarakat kota tempat Rumi berasal. Seorang ulama yang dikagum-kagumi selema ini menjadi bulan-bulanan warga kota.
Rumi hanya bisa terdiam saat dipukuli, diludahi, dan dihina tanpa membela diri sekalipun yang membuat masyarakat semakin berang terhadapnya. Saat itulah Syams, Sang Guru datang lalu berubah suasana menjadi hening.
"Celakalah kalian yang telah menyebarkan fitnah kepada seorang yang tak bersalah. Rumi tidak membeli arak tapi yang ia beli itu adalah sebotol cuka makan," Sang Guru turut membela.
Semua masyarakat tekejut seketika botol arak itu ternyata benar berisi cuka makan yang biasa digunakan untuk memasak. Masyarakat yang tadi memukuli Rumi bersujud-sujud memohon maaf kepada Syaikh Jalaluddin Rumi.
"Wahai Guru, karena permintaanmu aku hampir celaka," keluh Rumi.
"Itulah pelajaran yang dapat kau ambil, kealiman dan seribu kebaikan yang kau lakukan tiba-tiba tak bernilai karena satu kesalahan. Maka jauhilah penilaian dari orang lain. Bersandarlah hanya kepada Allah," nasihat Sang Guru.
Kisah singkat dua orang ulama ini mengajarkan agar segala kebaikan hanya kita serakan kepada Allah semata. Balasan kebaikan dari manusia hanyalah semu namun  balasan dari Allah adalah hal yang abadi.  Salam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H