Semasa Darius SMA hingga sempat berkuliah, tema yang sering diangkat dalam pembuatan karyanya adalah tentang pendidikan. Tetapi kini Darius menggunakan konsep lokal yang lebih banyak menceritakan budaya-budaya di kawasannya. Menurut Darius dengan mengangkat konsep budaya tersebut Darius ingin memperkenalkan budaya asalnya kepada dunia. Salah satu karya seni buatan Darius yang cukup diminati adalah lukisan perempuan berpakaian adat. Hampir seluruh lukisannya, Darius selalu menggunakan unsur budaya. Entah pada latar belakang maupun aksesoris tokoh yang dia lukis. Motif-motif kain tenun selalu Darius tambahkan untuk mempermanis lukisannya.
Ternyata hasil karya seni buatan Darius tak hanya diminati oleh orang-orang Indonesia, tak jarang orang asing juga tertarik dan datang ke tempatnya untuk membeli karya seni buatannya tersebut. Harga yang ditawarkan untuk satu buah karya seni pun beragam tergantung dari media pembuatannya. Dalam satu bulan, Darius pernah mendapat omzet Rp 10 juta untuk semua penjualan hasil karyanya, seperti pada penuturannya yang dimuat di salah satu media online dalam program yang diadakan oleh detik.com bersama BRI yakni program Tapal Batas. Program ini merupakan program yang mengulas tentang perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah perbatasan, khususnya di masa pandemi Covid-19.
Tentang bahan yang digunakan oleh Dairus, seperti yang telah disinggung di atas, Darius lebih banyak menggunakan barang bekas atau sampah yang didaur ulang. Dan banyak sampah sudah dicoba, baik organik maupun non organik. Dari tangan yang penuh seni itulah sampah-sampah tersebut diolah menjadi barang-barang hiasan yang bernilai seni tinggi dan bahkan menjadi berkah bagi Darius sendiri. Bertolak dari bahan-bahan daur ulang itulah yang mebuat Darius memutuskan untuk mendaftarkan diri dalam program Satu Indonesia Award untuk kategori Lingkungan Hidup. Pada 2019 lalu Darius terlambat mengumpulkan KTP sehingga dia gagal mengikuti seleksi. Dan barulah pada 2021 Darius terdaftar sebagai salah satu kontestan yang secara tidak langsung mewakili daerah Kabupaten Malaka. Saat pengumuman, hasil yang didapat tidaklah buruk. Darius tetap diperhitungkan dan menerima Apresiasi Satu Indonesia Awards tahun 2021 Tingkat Provinsi NTT Bidang Lingkungan.
Jika ditanya mengenai keterlibatan atau keikutsertaan dalam komunitas, Darius hingga saat ini hanya tergabung menjadi founder sekaligus anggota aktif dari Komunitas Sasoka. Karena menurut penuturannya sejak awal berkarya Darius lebih fokus untuk menimba ilmu, Meskipun  ikut suatu komunitas juga cuma ingin dapat ilmunya tidak sampai harus benar-benar terlibat dalam semua kegiatan komunitas itu, karena bagi Darius setiap orang yang dia jumpai dan berteman itu menjadi inspirator baginya.
Dalam perjalanan kariernya tentu ada pengalaman yang berkesan dan ada pula yang paling menyakitkan. Menurut Darius pengalaman paling berkesan baginya adalah ketika Galerinya dikunjungi oleh beberapa orang dari Australia melalui ChildFund  dan karyanya dibeli untuk dibawa ke Australia. Dan untuk pengalaman yang paling buruk itu, yakni ketika karya-karyanya tidak dihargai bahkan pernah dikatakan sebagai "sampah". Namun Darius akhirnya mengamini bahwa justru dari sampah itulah kini dia mendapat banyak berkah.
Narasumber : Darius Irenius, Pegiat Seni Malaka.
Penulis : Putra Niron
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H