Mohon tunggu...
Y.Padmono Dr.
Y.Padmono Dr. Mohon Tunggu... -

Saya seorang dosen yang terlambat belajar iptek.Hoby Olahraga, baca, dan musik. Saya harus terus belajar!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fitnah Itu Tak Metodologis

8 Januari 2012   09:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:10 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita menyimak para bijak. Seseorang berperilaku dan atau merespon perilaku melalui tahapan-tahapan dan tak bisa meloncat dari tahapan-tahapan dimaksud. Langkah/tahapan itu antara secara berturut-turut seperti sebuah jalinan dari afektif, kognitif, dan psikomotor yang sampai saat ini masih diyakini sebagai sebuah eskalator perjalanan laku seseorang.

1. Untuk mencapai tahu

untuk memperoleh ketahuan dari ketidak tahuan, memang manusia dapat dengan mendengar, namun biasanya diawali oleh persepsi...persepsi ini sering menimbulkan persoalan besar jika persepsi salah namun tetap berlanjut ke langkah berikutnya, sehingga ketahuan/pengetahuan yang diterima sebenarnya sebuah pengetahuan/ketahuan yang salah. Maka langkah awal persepsi harus positif dulu (sehingga tidak memihak), ketika telah menjadi positif maka ia lanjut dengan kesiapan (dua langkah ini berada pada ranah psikomotor), selanjutnya dan bahkan bersamaan dengan itu sisi afektif menyertai yaitu penerimaan (afektif), bila persepsi, kesiapan, dan penerimaan kepada subjek pembawa berita/rangsang/atau stimulus maka terbukalah ketahuan/pengetahuan dan kita akan mengetahui dengan benar.

2. Untuk memperoleh pemahaman

Langkah pertama orang hanya tahu tetapi belum menguasai dan belum memahami apalagi terampil. Untuk mencapai tahap pemahaman (kognitif), maka seseorang harus rela dan bersedia berperan serta aktif (afektif) untuk mau bergerak/berlatih dan pada langkah awal adalah  gerak terbimbing hingga gerak terbiasa secara mandiri (psikomotor), misal: berbicara ya dilatih dulu baru muncul kebiasaan bicara sendiri. Maka banyaklah orang menjadi tersesat manakala menyampaikan sesuatu kepada orang lain, padahal ia sebenarnya belum berperanserta untuk melatih diri, mencerna, berdialog untuk membenarkan berita, nah jika itu sudah dilakukan maka orang tersebut sampai pada tingkat pemahaman (kognitif tingkat 2).

3. Menerapkan

Untuk dapat menerapkan sebuah ketahuan dan pemahaman yang telah diperoleh dengan langkah-langkah berat tersebut, individu harus mampu memberi harga/nilai dalam konteks bagi dirinya dan bagi yang lain bukan penilaian substantif keterampilan untuk mencipta (afektif) pengetiaahuan dan pemahaman tersebut bermanfaat bukan sesuatu yang mudhorot, bukan sesuatu yang merusak, maka setelah menilai dan menghargai harus berlatih berbagai keterampilan dan gerak (fasih bicara) kompleks dengan memadukan berbagai unsur yang sejenis. Tanpa kemampuan melakukan gerak-gerak kompleks pemahaman yang dia nilai bagus maka penyampaian akan salah dan ia akan gagal dalam menerapkan sebuah pengetahuan dan pemahaman yang akan ditransfer kepada orang lain, ke situasi baru...dan disinilah sering terjadi fitnah besar, karena ketergesaaan menerapkan informasi, menerapkan pengetahuan, atau menerapkan sebuah teori, penerapan membutuhkan berbagai prasarat tersebut maka jangan tergesa menerapkan sebelum kita menguasai, menghargai, dan menguasai berbagai keterampilan kompleks (psikomotor).

4. Analisis-sintesis dan organisasi

Langkah analisis dan sintesis ini memiliki  kesejajaran dalam melakukan organisasi dari berbagai keterampilan kompleks dalam gerak dan berbagai keterampilan lain.  Individu memadukan berbagai keterampilan dalam satu jalinan dan ini dilakukan dengan melakukan bedah unsur (analisis) dan pemaduan berbegai unsur (sintesis).Hal ini terjadi hubungan vertikal dalam keterampilan kompleks dan tidak cukup kesejajaran keterampilan. Demikian pula dalam mengorganisasi ia harus mampu melihat dasar-dasar, bagian-bagian sekaligus bagaimana keterampilan antar menghubungkan antar unsur dalam jalinan yang ritmis, maka disinilah tercapai kemampuan analisis-sintesis dalam pola gerak kompleks yang terorganisasi.

5. Evaluasi sampai pola gerakan

Penyampaian sesuatu dari satu sumber kepada subjek tidak semudah yang kita bayangkan dan lakukan selama ini dengan melakukan serta merta yang dapat menjadi fitnah atau penyampaian pengetahuan sesat. Penyampai informasi, ketrampilan, dakwah harus mampu menilai substansi itu pantas tidak kita sampaikan, sesuai tidak dengan kapasistas subjek, dan apakah bila kita sampaikan ini bermanfaat atau malah menimbulkan bias dan pengetahuan/keterampilan merusak. DI sinilah diperlukan penyesuaian pola gerakan, bicara, tata laku (psikomotor) serta mengorganisasi diri dan subjek agar apa yang kita sampaikan sinkron, karena kita tahu subjek siap menerima atau tidak! Menilai untuk membuat sesuatu lebih rigit lagi karena pola gerak, analisis sintesis harus matang sehingga menjadi sebuah produk.

6. Kreativitas-Jati diri-dan Membuat

Teman, tidak ada produk baru tercipta dari situasi hampa! Pengarang lagu pasti ia bisa mendendangkan lagu paling tidak menyanyikan melalui not-not, pencipta program komputer tentu ia bisa mengoperasikan komputer dan berbagai pengetahuan awal lain. Penciptaan terjadi karena orang memiliki jati diri kuat, bukanlah orang yang suka plagiat atau meniru semata, ia adalah diri yang memiliki kemampuan untuk menjadi dirinya sendiri, tidak mudah terhasut dan tidak pernah mau menghasut. Ia pribadi mandiri yang memiliki jati diri dan selalu mampu mengatasi persoalan. dan berbagai kemampuan 1-5 adalah prasarat kemampuan untuk membuat dan berkreasi dan itu dilakukan oleh manusia yang memiliki jati diri.

Uraian ini sebanrnya bersifat umum, namun dalam penciptaan berita sering terjadi lomapatan-lompatan tanpa prosedur, maka disinilah pusat terjadinya fitnah paling tidak kesalahan penyampaian esensi informasi karena tidak melalui pengolahan yang matang. Akibatnya, banyak terjadi perpecahan, ketidak mampuan, kekacauan makna...maka bersabar dan waspadalah ilmu/pengetahuan/informasi harus memalui cara dan metode yang benar jika tidak kita akan termakan oleh informasi palsu yang tidak melalui pengolahan yang benar.

Fitnah muncul dari ketidakmampuan mengelola prosedur. langkah-langkah, ketergesahan, loncatan kemampuan, dan hanya mencari pujian dalam mencipta....maka ia adalah pembual, pembuat fitnah.....

Semoga kita tidak termasuk orang yang suka mencari pujian karena menjadi pencipta berita tetapi tidak diikuti jati diri yang kuat, maka kita akan menjadi sumber fitnahkarena informasi tersebut bukan diolah dengan prosedur ilmiah yang benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun