Mohon tunggu...
PDD_Guruh Maulana
PDD_Guruh Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Teknik Elektro - UPI

Mahasiswa S1 Teknik Elektro - UPI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika Proses Pendidikan Daring di SDS Budi Sastra Bandung

13 Maret 2021   22:26 Diperbarui: 13 Maret 2021   22:29 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Wawancara dengan Guru SDS Budi Sastra Bandung

Pandemi COVID-19 adalah bencana bagi seluruh populasi Bumi. Banyak sektor yang harus beradaptasi dengan cepat salah satunya ialah pendidikan. 

Banyak negara memilih untuk menutup sekolah dan perguruan tinggi, termasuk Indonesia. Krisis datang ketika negara jauh dari kata siap, pemerintah negara lain sigap bergerak, termasuk Indonesia, harus membuat keputusan yang pahit untuk menutup sekolah yang bertujuan untuk mengurangi kontak antar manusia. 

Ada dua dampak bagi keberlangsungan pendidikan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Pertama adalah dampak jangka pendek, yang dirasakan oleh banyak keluarga di Indonesia. 

Di Indonesia banyak keluarga yang tidak biasa  melakukan sekolah di rumah. Bersekolah di rumah bagi keluarga Indonesia adalah tantangan baru khususnya bagi kegiatan orang tua yang biasanya sibuk dengan pekerjaannya di luar rumah. 

Demikian juga dengan psikologis anak-anak peserta didik yang terbiasa belajar bertatap muka langsung dengan guru-guru mereka. Seluruh elemen pendidikan secara kehidupan sosial "terpapar" sakit karena covid-19.  

Proses pembelajaran berlangsung dengan cara daring. Proses ini berjalan pada parameter yang belum pernah terukur dan teruji sebab belum pernah terjadi sebelumnya. Karena belum pernah terjadi sebelumnya, di desa-desa terpencil yang berpenduduk usia sekolah sangat padat menjadi serba kebingungan, sebab infrastruktur informasi teknologi sangat terbatas. 

Kedua adalah dampak jangka panjang. Banyak kelompok kategori masyarakat di Indonesia yang akan terpengaruhi dampak jangka panjang dari covid-19 ini. Dampak pendidikan dari sisi waktu jangka panjang adalah aspek keadilan dan meningkatnya ketidaksetaraan antar kelompok masyarakat dan antar daerah di Indonesia. 

Dampak yang pertama dapat terlihat di SDS Budi Sastra Bandung yang berlokasi di kawasan padat penduduk. Proses pembelajaran disana banyak terhambat oleh aspek fasilitas, dari ketersediaan kuota internet sampai fasilitas untuk menunjang pembelajaran online seperti smartphone atau laptop. Ketika saya datang kesana untuk mewawancarai salah satu guru disana, sering sekali beberapa siswa datang ke sekolah dalam rentang waktu setiap 15 menit. Mereka datang ke sekolah memiliki beberapa maksud, dari pengumpulan tugas hingga pengambilan soal ulangan. Menurut narasumber, ada beberapa siswa yang tidak kebagian kuota internet karena saat proses pendaftaran untuk menerima bantuan kuota Kemendikbud, mereka salah mendaftarkan nomor telepon, yang mereka daftarkan ialah nomor whatsapp sedangkan yang seharusnya didaftarkan ialah nomor aktif siswa nya. tidak hanya itu, menurut narasumber pula ada beberapa orang tua yang tidak bisa memberi fasilitas yang maksimal kepada anaknya sehingga untuk mengikuti pembelajaran daring hampir mustahil untuk mereka. Oleh karena itu, guru SDS Budi Sastra Bandung mengadakan pembelajaran home visit yang dimana guru yang mendatangi kediaman siswa untuk melanjutkan proses pembelajaran.

Tidak hanya hambatan yang dialami oleh orang tua dan siswanya, beberapa guru disana pun mengalami hambatan yang dimana kurang memahami nya interface platform pembelajaran online seperti Google Meet ataupun Zoom Meeting. Namun guru di SDS Budi Sastra tidak menyerah dan menggunakan platform whatsapp sebagai media pembelajaran sambil mempelajari untuk memperkuat pengetahuan cara menggunakan platform Google Meet dan Zoom Meeting. Semangat guru di SDS Budi Sastra pun terlihat ketika narasumber meminta saya untuk mengadakan workshop atau pelatihan demi memajukan pendidikan di SDS Budi Sastra. Semangat mereka membuktikan bahwa proses belajar untuk pengembangan diri pun masih berlangsung meskipun mereka sendiri berprofesi sebagai guru yang notabene mereka itu sosok pelita dalam kegelapan untuk siswanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun