Beberapa pekan ini, kita disuguhi berita melonjaknya harga pangan. Di beberapa daerah ditemukan harga beras kualitas premium per 20 Februari di Pasar Induk Cipinang menyentuh Rp 15.000 per kg.Â
Harga itu kian jauh dari harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 13.900-Rp 14.800 untuk beras premium dan Rp 10.900-Rp 11.800 untuk beras medium.Â
Bukan hanya beras, harga cabai dan daging ayam juga ikut naik. Masalahnya, kenaikan harga-harga itu ternyata tak berkorelasi dengan harga di tingkat petani. Margin yang diterima petani kecil karena habis untuk ongkos produksi (Kompas.Id/ 26/02/2024)
Dengan harga beras melambung tinggi, akses masyarakat terhadap pangan menjadi semakin kecil. Terlebih, ketika tuntutan dasar hidup saat ini bukan hanya soal pangan, tetapi juga papan, pendidikan, dan kesehatan.Â
Lemahnya ketahanan pangan menjadi masalah serius bagi sebuah negara karena pasokan pangan yang semakin menurun akibat akan berimbas ke dalam semua aspek kehidupan.Â
Lantas, ketika terjadi krisis pangan yang mengakibatkan lonjakan harga hampir pada semua sektor, apa yang harus dilakukan oleh masyarakat ? Apakah hanya menanti suguhan bantuan dari pemerintah ?Â
Dapur Hidup Sebagai Salah Satu Alternatif
Ketahanan pangan merupakan sebuah konsep multidimensional. Food and Agriculture mendefinisikan ketahanan pangan sebagai suatu kondisi ketika seluruh masyarakat mencapai akses baik fisik, sosial, dan ekonomi pada keperluan yang stabil, aman dan layak sebagai perlengkapan kebutuhan mereka demi melanjutkan kondisi hidup yang lebih baik.Â
Ketahanan pangan akan dapat terwujud ketika bahan bahan pangan yang dibutuhkan dapat dipenuhi dengan stabil, mudah diakses, dan dapat digunakan dengan sebaik baiknya.
Namun kondisi ideal tersebut apabila tidak sesuai dengan realitas di masyarakat maka perlu ada jalan tengah dalam menyelamatkan persoalan tersebut.
Dapur hidup merupakan salah satu cara yang bisa mengatasi persoalan pangan mulai dari keluarga. Dapur hidup adalah suatu konsep pemanfaatan lahan pekarangan rumah sebagai tempat menanam sayuran, umbi dan rempah remah yang langsung bisa dibawa ke dapur.Â
Bagi masyarakat yang menetap di desa tentu lebih muda mengadakan dapur hidup. Biasanya di desa setiap rumah memiliki lahan pekarangan. Tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat yang tinggal di kota. Apabila tidak memiliki lahan yang cukup penanaman di media polybag atau dengan mengadakan mini hidroponik di rumah.Â
Konsep dapur hidup ini menawarkan cara penanaman yang mudah dan bisa menjadi alternatif pengganti kebutuhan pangan. Dalam mengatasi krisis pangan, apabila yang ditanam adalah umbi - umbi an misalnya singkong, ubi jalar, dan kentang maka bisa menjadi alternatif pengganti beras.Â
Apabila yang ditanam adalah sayur - sayuran seperti kangkung, bayam, sawi, wortel, tomat, terong, cabai dan jenis sayuran lainya maka bisa mengatasi masalah mahal atau sulitnya mendapat sayuran yang murah dan segar. Selain itu dapur hidup juga bisa dimanfaatkan untuk menanam tumbuhan obat tradisional.
Selain manfaat dalam mengatasi persoalan pangan di atas, dapur hidup juga mempunyai manfaat lain. Berikut adalah beberapa manfaat dari dapur hidup.Â
Pertama, kesehatan yang lebih baik: mengonsumsi makanan yang disiapkan dengan bahan-bahan alami dapat meningkatkan kesehatan, karena sering kali lebih kaya akan nutrisi dan lebih rendah kandungan bahan tambahan yang tidak sehat.
Kedua, pengurangan limbah: Dapur hidup sering kali mengurangi limbah karena menggunakan bahan-bahan alami yang dapat didaur ulang atau terurai dengan mudah. Â
Ketiga, keterhubungan dengan alam: Memasak dan mengonsumsi makanan dari Dapur Hidup dapat memperkuat koneksi manusia dengan alam, karena melibatkan pemahaman dan penghargaan terhadap sumber daya alam.
Keempat, keberlanjutan: Dapur hidup mendukung pola hidup yang lebih berkelanjutan dengan mengurangi ketergantungan pada produk-produk yang diproses secara kimia dan bersifat tidak ramah lingkungan. Â
Kelima, penghematan: membudidayakan tanaman untuk keperluan dapur dapat menghemat uang dan memungkinkan akses terhadap bahan makanan yang lebih segar dan berkualitas.
Dapur hidup menjadi salah satu cara untuk memberikan kemerdekaan pangan kepada keluarga. Â Tingkat kesejahteraan keluarga bisa diukur dari cara memperoleh kebutuhan pokok secara khusus kebutuhan pangan. Maka kemerdekaan pun dimulai dari meja makan. Merdeka dari krisis pangan dan merdeka dari lonjakan harga bahan pokok di pasar.
Dengan demikian tanpa bantuan dari pemerintah pun masyarakat atau keluarga bisa memperoleh pasokan pangan. Dapur hidup harus menjadi gerakan bersama bagi seluruh warga masyarakat.Â
Gerakan yang dimulai dari setiap  keluarga  dan sampai pada gerakan bersama yang bisa diinisiasi dalam bentuk peraturan desa  maupun peraturan daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H