Mohon tunggu...
Danang Setiawan
Danang Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anggota komunitas Alam Lejar Bhumi Immaculata / Mahasiswa Psikologi Unika Soegijapranata

Mahasiswa fakultas psikologi di Unika Soegijapranata Semarang. Aktif dalam mengenalkan Ecoenzyme dan mengadakan pelatihan pembuatan ecoenzyme beserta turunannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gereja Katholik dan Ekologi: Sinergi dan Kritis

24 Juni 2024   08:02 Diperbarui: 24 Juni 2024   08:12 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa dekade terakhir, kesadaran global mengenai krisis lingkungan telah mendorong berbagai lembaga dan organisasi untuk mengambil langkah-langkah signifikan dalam melindungi bumi. Gereja Katolik, dengan pengaruh globalnya, tidak ketinggalan dalam mengangkat isu ini. 

Melalui ajaran, dokumen, dan tindakan nyata, Gereja semakin bersinergi dengan upaya ekologi secara mendalam dan kritis. Artikel ini mengeksplorasi bagaimana Gereja Katolik menjadi pelopor dalam advokasi lingkungan dan tanggapan umat terhadap krisis ekologi.

Ajaran Sosial Gereja dan Lingkungan

Gereja Katolik memiliki sejarah panjang dalam mengajarkan tanggung jawab manusia terhadap alam. Namun, titik balik utama terjadi dengan ensiklik Laudato Si' yang diterbitkan oleh Paus Fransiskus pada tahun 2015. Dokumen ini secara eksplisit membahas isu lingkungan, perubahan iklim, dan hubungan integral antara manusia dan ciptaan.

Paus Fransiskus, dalam Laudato Si', menekankan pentingnya “ekologi integral” yang tidak hanya mempertimbangkan lingkungan alam tetapi juga lingkungan sosial. Bapa Paus menegaskan bahwa kerusakan lingkungan dan ketidakadilan sosial saling terkait. Dengan demikian, perlindungan alam tidak bisa dipisahkan dari upaya meningkatkan kesejahteraan manusia, terutama yang miskin dan terpinggirkan.

Tindakan Nyata Gereja di Lapangan

Seiring dengan ajaran teologis, Gereja Katolik juga terlibat langsung dalam berbagai inisiatif lingkungan di seluruh dunia. Banyak keuskupan dan paroki yang memulai program lingkungan seperti penanaman pohon, pengelolaan sampah, dan pendidikan ekologi.

Salah satu contoh yang menonjol adalah program pengelolaan lingkungan yang dijalankan oleh Gereja Katolik di Amazon. Wilayah ini, yang sering disebut sebagai “paru-paru dunia,” menghadapi ancaman serius dari deforestasi dan eksploitasi sumber daya alam. Gereja di sana berperan aktif dalam mendampingi komunitas lokal, mengadvokasi hak-hak mereka, dan mempromosikan praktik-praktik yang berkelanjutan.

Tantangan dan Harapan

Meskipun banyak kemajuan telah dicapai, Gereja Katolik juga menghadapi tantangan besar dalam upaya ekologi ini. Salah satunya adalah bagaimana mengintegrasikan ajaran ekologi dalam kehidupan sehari-hari umat. Edukasi dan kesadaran di tingkat akar rumput perlu ditingkatkan agar ajaran Gereja tentang ekologi dapat diimplementasikan secara luas dan efektif.

Selain itu, Gereja harus terus berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan komunitas ilmiah. Sinergi ini penting untuk menciptakan dampak yang lebih besar dan menyeluruh.

Kesimpulan

Gereja Katolik telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap isu lingkungan, baik melalui ajaran maupun tindakan nyata. Laudato Si' menjadi landasan teologis yang kuat untuk gerakan ekologi yang lebih luas, mengajak seluruh umat manusia untuk bertindak sebagai penjaga bumi. 

Meskipun tantangan masih ada, harapan tetap tumbuh seiring dengan langkah nyata yang diambil. Dengan sinergi yang terus dibangun, Gereja Katolik dapat memainkan peran penting dalam mewujudkan dunia yang lebih berkelanjutan dan adil bagi semua makhluk ciptaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun