Mohon tunggu...
Danang Setiawan
Danang Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anggota komunitas Alam Lejar Bhumi Immaculata / Mahasiswa Psikologi Unika Soegijapranata

Mahasiswa fakultas psikologi di Unika Soegijapranata Semarang. Aktif dalam mengenalkan Ecoenzyme dan mengadakan pelatihan pembuatan ecoenzyme beserta turunannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Budaya Fermentasi vs Budaya Cepat Saji

23 Juni 2024   08:00 Diperbarui: 24 Juni 2024   07:42 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Pembuatan Tempe dari Kacang Koro/dokpri

Dalam era modern ini, kita hidup di tengah budaya yang bergerak cepat dan serba instan. Di sisi lain, budaya tradisional seperti fermentasi menawarkan pandangan yang berbeda terhadap makanan dan kehidupan. Artikel ini mengeksplorasi perbedaan antara budaya fermentasi dan budaya cepat saji, serta pengaruh keduanya terhadap kemampuan individu dalam bertahan dan menjalani proses yang semakin berkurang.

Budaya Fermentasi

Fermentasi adalah proses alami yang telah digunakan oleh manusia selama ribuan tahun untuk mengawetkan makanan dan meningkatkan nilai gizinya. Contoh makanan fermentasi meliputi kimchi, yogurt, tempe,  kecap dan kefir. 

Proses fermentasi melibatkan mikroorganisme seperti bakteri dan ragi yang memecah komponen makanan, menghasilkan produk yang sering kali lebih mudah dicerna dan kaya akan probiotik yang bermanfaat bagi kesehatan usus.

Kefir produk fermentasi dari susu yang memiliki kandungan microganisme yang baik untuk tubuh manusia./dokpri
Kefir produk fermentasi dari susu yang memiliki kandungan microganisme yang baik untuk tubuh manusia./dokpri
Budaya Cepat Saji

Sebaliknya, budaya cepat saji mencerminkan kecenderungan masyarakat modern untuk mencari kemudahan dan kecepatan dalam konsumsi makanan. Makanan cepat saji seperti burger, pizza, dan makanan beku sering kali rendah nilai gizinya, tinggi gula, garam, dan lemak jenuh. Mereka dirancang untuk memberikan kepuasan instan, namun sering kali mengorbankan kualitas dan kesehatan jangka panjang.

Pengaruh Budaya Fermentasi dan Cepat Saji

1. Kesehatan Fisik dan Mental

Makanan fermentasi, dengan kandungan probiotik dan enzimnya, dapat meningkatkan kesehatan usus, yang secara langsung berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Kesehatan usus yang baik dikaitkan dengan sistem kekebalan yang lebih kuat dan pengurangan risiko penyakit kronis.

Sebaliknya, konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan gangguan mental. Kurangnya nutrisi penting dalam makanan cepat saji juga dapat berdampak negatif pada kemampuan tubuh untuk pulih dan bertahan dalam jangka panjang.

2. Ketahanan dalam Proses

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun