Mohon tunggu...
Politik

Moch Salim

3 September 2017   01:32 Diperbarui: 3 September 2017   04:25 1948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moch Salim, Bupati Rembang 2005-2014 KESIBUKAN Mochamad Salim selepas menjabat menjadi bupati Rembang tak lantas berkurang. Bahkan, bisa dibilang kini dia lebih sibuk ketimbang saat jadi orang nomor 1 di Rembang.

Wajahnya tampak segar. Suaranya lantang. Gaya bicaranya lugas. hal itulah yang membuat saya mengidolakan beliau itu la pak salim setahu saya biografi nya :

H. Moch Salim (lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Mei 1970; umur 47 tahun) adalah bupati Rembang yang menjabat pada periode 2010-2015. Ia bersama wakilnya Abdul Hafidz berhasil memenangkan pilkada Rembang 2010 dengan perolehan suara mencapai 160.158 suara atau 55,9 persen dengan partisipasi pemilih sebesar 64,5 persen[1] Pada Juli 2011, Salim pernah mengeluhkan perasaannya yang risih terhadap gangguan dari hal yang bersifat mistis dari salah satu sudut Museum Kartin

pemimpin yang patut di teladani oleh para pemuda masa kini tiada lain dan bukan ya pak halim

Latar belakang Salim memang seorang pengusaha di bidang perikanan. Pada 1993, dia mendirikan usaha pengolahan ikan. Waktu itu, usianya baru 23 tahun. Tapi, tekadnya untuk hidup mandiri sangat kuat. Bermodal uang pinjaman dari orang tuanya Rp 15 juta, dia mendirikan usaha pengolahan ikan. Perkembangan usahanya sangat pesat.

Pada 2005 dia maju dalam Pilkada Rembang. Dia pun terpilih bersama pasangannya Yaqut Cholil Qoumas. Setelah terpilih, perkembangan usahanya berjalan di tempat. Bahkan, dia mengaku grafiknya cenderung menurun. Maklum saja, konsentrasinya saat itu harus terbagi dengan jabatannya sebagai bupati. "Ya beda lah kita ngurus satu dan dua," jelasnya.

Jiwanya sebagai pengusaha yang selalu ingin membuat inovasi terbawa saat dia menjadi bupati. Pelabuhan Tasikagung sejatinya telah dirancang sejak 1999. Namun, selama bertahun-tahun rancangan itu tak kunjung direalisasikan. Sejak menjabat itulah, dia meminta agar pelabuhan tersebut diwujudkan.

Sekitar 50 persen masyarakatnya berada di garis pantai. Mereka mengandalkan hasil laut, baik ikan maupun garam. Untuk itu, dia berinisatif membangun infrastruktur yang menunjang perekonomian dari hasil laut. Berbagai ide dimunculkan dan diwujudkan Salim. Di antaranya pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tasikagung dan Pelabuhan Sluke.

Salim menceritakan, dahulu sebelum ada TPI Tasikagung bongkar muat ikan di wilayah tersebut, sehari hanya sekitar 50 ton. Namun sejak ada TPI itu, aktivitas bongkar muat ikan menanjak drastis. Dalam sehari, lebih dari 500 ton ikan diangkut. "Sehari transaksinya mencapai Rp 3 miliar dari bongkar muat ikan itu," terangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun