Mohon tunggu...
Gunawan S. Pati
Gunawan S. Pati Mohon Tunggu... Dosen - dosen

Penikmat buku dan pengamat pendidikan dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pekerjaan Rumah Tangga sebagai Wahana Pendidikan Anak

10 Juni 2021   19:51 Diperbarui: 10 Juni 2021   20:00 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan anggap remeh pekerjaan rumah tangga jika tidak dikerjakan dengan baik akan menyebabkan keadaan  rumah berantakan.mata jadi sepet memandangnya.  

Saya pernah masuk rumah salah satu teman, di pintu teras saja sudah disambut  piring dan gelas-gelas kosong  di atas meja, di ruang tengah kulihat tumpukan pakain kotor yang belum sempat dicuci dan di dapur tambah acak-acakan dalam menata perkakas dapur asal diletakkan. 

Siapapun jika melihat suasana rumah seperti ini akan berpikir pemiliknya malas dan kurang disiplin. Beda jika kita masuk sebuah rumah dari halaman depan saja sudah kelihatan indah dan bersih tentunya kita menduga pemiliknya pasti senang bersih-bersih rumah.

Dalam pembagian tugas rumah tangga saya tidak setuju dengan budaya patriaki yang pembagian tugas rumah tangga berdasarkan gender. Kalau wanita tugasnya yang berhubungan pekerjaan dapur seperti memasak, mencuci perkakas rumah tangga dan mencuci pakaian. Saya punya prinsip semua tugas rumah tangga dikerjakan bersama orangtua dan anak karena hasilnya untuk kepentingan bersama.

Tugas rumah tangga mungkin sering dipandang remeh dan sepele. Padahal tidak semudah yang dibayangkan, misalnya cuci piring perlu ada tekniknya sendir tidak asal cuci, didahukan barang-barang pecah belah seperti gelas, cangkir dan nampan setelah itu  piring, cendok, garpu dan peralatan lain yang sering kotor sekali. 

Dengan cara seperti ini hasilnya lebih bersih dan baunya tidak amis. Setelah selesai hasil cucian  tidak langsung diletakkan di rak piring tetapi diletakkan di baskom dulu agar kering setelah itu baru ditaruh di rak piring. Anak-anak tidak akan tahu cara mencuci barang-barang dapur dengan baik jika orangtua tidak mengajari karena pengetahuan ini tidak akan diperoleh di sekolah.

Jika dipikir sebetulnya tidak ada habisnya pekerjaan rumah tangga dan kalau benar-benar dikerjakan dengan baik sampai sore hari. Agar semua pekerjaan rumah tangga bisa diselesaikan dengan tuntas saya begi tugas habis dengan anak-anak. 

Setiap hari setelah melaksanakan sholat subuh saya bersama istri dan 2 anak sudah punya tugas rutin. Istri dibantu anak perempuan menyiapkan saran pagi saya dan anak laki-laki menyapu dan mengepel rumah serta halaman sekitar rumah. Tetapi jika anak-anak akan menghadapi ulangan atau ujian mereka bebas tugas kegiatan rumah tangga. 

Anak-anak terbiasa belajar  di rumah sore hari untuk mengulang materi yang sudah diajarkan gurunya, malam hari belajar materi yang akan dijarkan pagi hari dan jika ada ulangan setelah subuh belajar lagi. Anak-anak biasanya bermain dengan temannya setelah pulang dari sekolah. Bermain bagi anak memang perlu dilakukan untuk mengenal lingkungannya terutama teman-teman tetangga. Jangan sampai anak asing dengan tetangganya sendiri. Bermain merupakan masa yang menyenangkan bagi anak dan tidak mungkin  terulang ketika mereka sudah dewasa.

Bagaimana dengan hari minggu dan hari libur? Hari libur biasanya saya dan keluarga juga mengerjakan tugas-tugas rumah tangga tetapi juga kadang pergi wisata agar tidak jenuh di rumah. Karena kesibukan masing-masing terkadang ada pekerjaan rumah tangga yang harus dikerjakan pada waktu hari libur. Meskipun banyak pekerjaan rumah tangga yang menumpuk banyak jika dikerjakan bersama-sama akan terasa ringan. 

Pembagian tugas pekerjaan rumah tangga selalu saya sesauikan dengan kemampuan anak. Tujuan utama memberi tugas pada anak adalah untuk melatih tanggung jawab dan disiplin. Jika tanggung jawab dan disiplin tidak ditanamkan sejak dini anak akan menghadapi masalah jika mereka diberi tugas oleh gurunya.

Pekerjaan rumah tanggah dapat membentuk karakter anak.

Kita tahu bahwa tugas mendidik anak merupakan tanggung jawab orang tua, sekolah dan masyarakat. Namun yang pertama dan utama adalah pendidikan keluarga. Melaksanakan pekerjaan rumah tangga merupakan cermin dari pendidikan keluarga. 

Dalam proses melakukan tugas-tugas rumah tangga orangtua dapat melatih tanggung jawab,kebersamaan, rasa empati dan kedisiplinan. Jika ada tugas-tugas yang belum selesai dan tidak sesuai dengan harapan orangtua bisa memberi nasehat kepada anak-anak. Jangan sampai kita tidak memberi tugas apa-apa pada anak dengan alasan semua tugas sudah dikerjakan asisten rumah tangga (ART).  

Apabila hal ini terjadi akan mengakibatkan anak menjadi manja, egois dan tidak memiliki tanggung jawab. Menumbuh kembangkan kepribadian yang baik seharusnya dimulai dari pendidikan keluarga. Jika hanya menggantungkan pada institusi pendidikan rasanya tidak mungkin sebab waktu anak belajar di sekolah sangat terbatas. Dengan pola asuh dan pembiasaan yang benar akan membentuk sikap dan karakter anak.

Semoga bermanfaat

Pati, 10 Juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun