Mohon tunggu...
Gunawan S. Pati
Gunawan S. Pati Mohon Tunggu... Dosen - dosen

Penikmat buku dan pengamat pendidikan dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Memaknai Salam Tempel Lebaran

17 Mei 2021   09:30 Diperbarui: 19 Mei 2021   17:46 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam setiap tindakan tentunya orang bisak menilai apakah tindakan itu ada nilai positif atau negatif, yang namanya sudut pandang atau perspektif tentunya hasil penilaiannya juga akan berbeda tergantung dari persepsi penilai. Demikian pula pemberian wisit juga dapat  bernilai positif maupun negatif. Pertama, saya memandang pemberian wisit memiliki nilai positif sepanjang bukan tujuan utama karena tujuan utama adalah silahturahmi dan saling memaafkan serta bersosialisasi dengan saudara dan tetangga. 

Pemberian wisit merupakan bentuk rasa syukur memiliki uang lebih dan perlu memberikan sedikit bantuan kepada orang lain. Bahkan ada orang yang rela menyisihkan sedikit uang untuk dikumpulkan dan dibagikan kepada anak-anak pada hari raya Idul Fitri. Tindakan seperti ini mencerminkan aktualisasi nilai sosial meski nilai uang yang diberikan tidak banyak tetapi bisa jadi merupakan peristiwa yang menyenangkan bagi anak-anak. Ketika anak-anak tumbuh dewasa dan menjadi orang yang berhasil  mereka  a  akan teringat wisit yang telah diterima. Akhirnya mereka juga akan memberi bantuan kepada orang lain sebagai bentuk realisasi nilai sosial.

Kedua, saya juga masih ingat ketika menerima wisit para orangtua selalu berpesan untuk ditabung wisitnya. Sandang dan pangan pada waktu tahun 1970 memang serba sulit, salah satu cara agar bisa bertahan hanya dengan berhemat. Tentunya cara menabung dulu dengan sekarang berbeda, semua wisit yang berbentuk koin atau uang logam dimasukkan ke celengan. 

Mungkin anak-anak sekarang belum begitu mengenal celengan zaman dulu. Celengan merupakan tempat uang  terbuat tanah liat yang dibakar bentuknya biasanya berupa ayam atau bentuk lain yang serupa. Setiap celengan ada lubangnya untuk memasukkan koin atau uang kertas, jika uang sudah penuh atau ada keperluan untuk mengambil uang celengan harus dipecah. Pada waktu itu setelah wisitnya dihitung kemudian dimasukkan ke celengan, setiap saat jika ada kelebihan uang jajan juga dimasukkan ke celengan. Biasanya celengan dipecah menjelang hari raya Idul Fitri untuk membeli pakain dan sandal baru, artinya menabung sudah hampir satu tahun.

Setelah saya cukup dewasa bisa menyimpulkan ada sesuatu yang baik dibalik pemberian wisit. Mendidik kita untuk memiliki sifat  membantu orang lain sebagai bentuk penanaman nilai sosial serta  budaya menabung sejak dini. Barangkali masih ada nilai-nilai positif dibalik pemberian wisit yang belum terungkat pada tulisan ini.   

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Pati, 17 Mei 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun