Mohon tunggu...
Gunawan S. Pati
Gunawan S. Pati Mohon Tunggu... Dosen - dosen

Penikmat buku dan pengamat pendidikan dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memanfaatkan Belajar Mandiri untuk Mengoptimalkan Hasil PJJ

21 Agustus 2020   22:45 Diperbarui: 22 Agustus 2020   14:35 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, topik yang sering  dibicarakan di media cetak dan media online adalah pembelajaran jarak jauh (PJJ). Mengapa sebagian  besar masyarakat membicarakan hal ini? Karena mereka memiliki kepentingan dengan masalah pendidikan, bisa jadi mereka memiliki anak usia sekolah atau mahasiswa yang semua kebutuhannya harus terpenuhi. Padahal pendapatannya sekarang berkurang banyak dibandingkan dengan sebelum ada pandemi Covid-19 tetapi pengeluarannya untuk biaya pendidikan meningkat.

            Grafik perkembangan Covid-19 nasional menunjukkan peningkatan jumlah pasien  yang positif Covid-19 sehingga pembukaan lembaga pendidikan baik sekolah dan pendidikan tinggi tidak mungkin dilakukan tahun ini. Jika lembaga pendidikan diizinkan untuk membuka pembelajaran tatap muka harus menggunakan protokol kesehatan yang ketat. Alternatif model pembelajaran yang sesuai dengan situasi pandemi Covid-19 jika lembaga pendidikan boleh membuka  pembelajaran tatap muka adalah pembelajaran kombinasi (blended learning). Sampai saat ini pembelajaran yang relatif  aman bagi kesehatan adalah PJJ meski dengan segala kekurangannya.

            Beberapa bulan terakhir ini kita lebih banyak berbicara tentang PJJ dari perspektif media pembelajarannya, institusi,  siswa dan orangtua siswa. Karena komponen-komponen tersebut merupakan komponen yang terkait langsung dengan PJJ. Nampaknya komponen yang terkait dengan siswa khususnya pembelajaran mandari dalam melaksanakan PJJ belum banyak ditulis. Padahal keberhasilan PJJ salah satunya ditentukan oleh kemandirian belajar yang dimiliki oleh siswa atau pembelajar. Kultur belajar tatap muka (tapka) yang sering dilaksanakan oleh guru selama ini sifatnya verbalisme, lebih banyak komunikasi lisan dan gesture sering dipakai untuk memperjelas konsep yang sedang dijelaskan. Dalam proses menjelaskan, guru kadang melakukan jeda untuk meyakinkan siswa bahwa penjelasannya sudah dimengerti. Jika situasinya memungkinkan guru sengaja memancing humor membuat para siswa tertawa lepas. Dalam proses pembelajaran seperti ini, guru bisanya menyisipkan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan sesuai konteksnya bukan sekedar mentransfer ilmu. Pemanfaatkan konteks untuk menanamkan pengetahuan maupun pendidikan lazimnya disebut hidden curriculum. Tentunya hal-hal seperti ini sulit dilakukan dalam PJJ penyebabnya karakteristik  PJJ berbeda dengan pembelajaran tatap muka.

            Pemerintah telah berupaya  membantu pelaksanaan PJJ seperti mengizinkan dana BOS digunakan untuk membantu siswa membeli pulsa, pelatihan guru dalam memanfaatkan platform pembelajaran daring dan rencana memberikan subsidi pembelian pulsa kepada siswa. Sayangnya, faktor  penting yang melaksanakan pembelajaran jarang dibicarakan  yaitu siswa atau pembelajar. Berikutnya saya akan menggunakan istilah  pembelajar yang  artinya seseorang yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran. Meskipun semua faktor yang terlibat langsung dalam PJJ sudah disiapkan dengan baik tetapi kalau pembelajarnya kurang berminat untuk belajar niscaya hasil belajarnya tidak bisa optimal. Oleh karena itu, faktor pembelajar perlu disiapkan dengan baik dalam pelaksanaan PJJ agar proses dan hasilnya sesuai  yang diharapkan. 

Memanfaatkan Belajar Mandiri

             Pembelajaran daring telah banyak diteliti dari aspek kenyamanan belajar, keluwesan pengaturan waktu belajar serta tantangannya termasuk kesulitan, kurangnya komunikasi dan komunikasi yang sering tidak lancar (Song, Singleton,Hill&Koh, 2004). Yang tidak banyak mendapat perhatian dalam pembelajaran daring adalah kemandirian pembelajar dalam pembelajaran daring. Ada beberapa hal yang paling penting dalam belajar mandiri.

            Pengetahuan awal (prior knowledge) merupakan pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang.  Siapapun yang belajar pasti otaknya tidak kosong, pengetahuan dan pengalaman sudah dimiliki pembelajar ketika mereka sedang belajar pengetahuan baru. Untuk apa pengetahuan awal dalam pembelajaran? Pengajar dapat memanfaatkan pengetahuan awal untuk memudahkan pembelajar menyarap pengetahuan baru. Banyak strategi yang dapat digunakan pengajar untuk mengaktifkan pengetahuan awal dan salah satunya adalah memberikan pertanyaan untuk mengeksplorasi pengetahuan pembelajar. Dengan cara seperti ini, pembelajar akan bersemangat karena pengalamanan dan pengetahuannya dapat bergua dalam mempelajari pengetahuan baru. Pengetahuan awal ini sangat berguna bagi pembelaran mandiri, ibaratnya sebagai pintu masuk untuk memepelajari pengetahuan baru.

            Belajar mandri dipandang sebagai aspek atribut personal yang merupakan motivasi dan kemampuan individu untuk bertanggung jawab atas belajarnya (Garrison, 1997). Dalam atribut personal, pembelajar harus mampu menggunakan sumber belajar, strategi belajar dan motivasi. Hal ini sangat penting bagi PJJ karena karakteristik belajar daring berbeda dengan pembelajaran tatap muka. Berikut pemanfaatan sumber belajar, strategi belajar dan motivasi agar hasil belajar dapat optimal.

            Pertama penggunaan sumber belajar yang berbeda dengan pembelajaran tatap muka pembelajaran daring sumber belajarnya sebagian besar dalam bentuk tertulis (written form). Pembelajaran daring dengan karakteristk yang unik bisa menjadi peluang dan tantangan tersendiri bagi pembelajar. Sumber belajar dalam bentuk tertulis dapat dibaca berkali kali dan dapat dipelajari secara mendalam berbeda dengan pembelajaran yang disampaikan dalam bentuk lisan. Meskipun demikian, pembelajaran daring juga menghadapi kendala dalam penggunaan sumber belajar, khususnya jawaban dari pengajar apabila pembelajar ingin mendapat penjelasan maupun bertanya terjadi jawaban yang tertunda (delayed response). Hal ini terjadi pembelajaran daring dalam bentuk komunikasi tidak langsung (asynchronous). Dalam era digital saat ini, kita tahu banyak sumber belajar dapat diakses dengan mudah namun demikian dibuthkan kemampuan untuk menilai informasi yang benar-benar valid dan reliabel.

            Kedua, strategi belajar merupakan faktor penting dalam PJJ karena pemilihan strategi belajar yang tepat dapat menentukan hasil belajar. Dalam pembelajaran daring komunikasi antara pengajar dan pembelajar lebih banyak menggunakan komunikasi tertulis sehingga pembelajar memiliki waktu untuk menyampaikan gagasan secara cermat dan hati-hati. Sayangnya, pembelajaran daring tidak ada komunikasi nonverbal seperti ekspresi wajah dan gerakan tubuh  bisa menimbulkan salah tafsir dalam bahasa tulis. Untuk menghindari hal ini terjadi,  pengajar perlu menyampaikan materi yang mudah dipahami dan memberi kesempatan kepada pembelajar untuk segera bertanya jika ada konsep yang kurang jelas.

            Ketiga, motivasi belajar dalam pembelajaran daring sangat penting sebab pengajar tidak bisa melihat secara langsung ketika pembelajar sedang melakukan aktivitas belajar. Dalam pembelajaran tatap muka, pengajar bisa mengamati langsung keaktifan, kedisiplinan, keseriusan pembelajar dalam belajarnya di kelas. Agar motivasi  tetap tinggi dan pembelajar belajar dengan penuh hasrat (passion), pengajar dapat menggunakan pendekatan pembelajaran individu (individualized instruction). Memang pada dasarnya manusia  itu unik, mereka memiliki kemampuan, minat, latar belakang dan keterbatasan yang berbeda-beda. Dengan beragam perbedaan itulah, pembelajaran individu lebih tepat daripada pembelajaran klasikal. Dalam PJJ yang menggunakan daring, pengajar dapat memanfaatkan fitur forum diskusi untuk mempraktikan pembelajaran individu.

            Dalam situasi darurat, pemilihan platform pembelajaran daring apapun  pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Kita optimalkan kelebihannya dan kita minimalkan kekurangan  dari platform bembelajaran daring yang sudah dipilih. Pembelajaran mandiri merupakan kemampuan alamiah yang melekat pada diri pembelajar memang perlu dikembangkan. Kemampuan alamiah tentunya tidak akan bisa berkembang sepanjang tidak pernah dimanfaatkan. Lembaga pendidikan sebaiknya memiliki inisiatif melakukan sosialisasi pengembangan pembelajar mandiri bagi pengajar dan pembelajar sebelum PJJ dilaksanakan.

            Semoga Bermanfaat

Pati, 21 Agustus 2021

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun