Mohon tunggu...
Pauzan Haryono
Pauzan Haryono Mohon Tunggu... Dosen - -

"Manusia biasa yang berusaha untuk jujur pada diri sendiri"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bodoh

30 Juli 2018   11:58 Diperbarui: 30 Juli 2018   12:27 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Definisi 'bodoh' dari zaman ke zaman selalu berubah. Pada zaman jahiliyah (kebodohan), dimana zaman Nabi Muhammad dilahirkan, yang disebut bodoh adalah ketika manusia menyembah ciptaannya sendiri. Memang kebiasaan pada zaman itu, orang-orang membuat berbagai patung dengan tangannya sendiri, kemudian patung-patung tersebut disembah-sembah sebagai Tuhan. 

Kemudian pada zaman pertengahan (abad 14) sampai abad 20, orang disebut bodoh kalau tidak punya pengetahuan. Tidak punya pengetahuan  identik dengan tidak bisa membaca dan menulis. Karena awal dari penguasaan pengetahuan adalah kemampuan membaca dan menulis. Jadi, pada zaman itu orang disebut bodoh adalah orang yang tidak bisa membaca dan menulis. 

Pada abad 21, menurut Alvin Toffler, seorang pakar tentang masa depan (futuristik) yang disebut dengan bodoh lain lagi, yaitu orang-orang yang berhenti belajar (stop learn), melepaskan konsep-konsep usang yang pernah dipelajari (unlearn) dan tidak mempelajari hal-hal baru (no relearn).

Mengapa pada abad 21 ini orang-orang berhenti belajar disebut bodoh? Karena di abad 21 ini terjadi revolusi digital. Revolusi digital menyebabkan perubahan terjadi  sangat cepat. Pengetahuan atau keterampilan yang pernah kita miliki di masa lalu bisa saja sudah usang dan tidak ada artinya apa-apa di zaman sekarang. Atau dalam arti lain, sama saja kita tidak memiliki pengetahaun atau keterampilan apa-apa. 

Karena pengetahuan dan keterampilan pada masa lalu sudah tidak ada gunanya sama sekali pada zaman sekarang. Orang yang berhenti belajar pada abad 21 ini adalah orang-orang yang pada hakekatnya tidak memiliki pengetahuan apa-apa, atau bisa disebut dengan bodoh, karena pengetahuan yang pernah dikuasai ternyata sudah basi. Sesuatu yang basi bukan saja tidak bermanfaat tapi harus dibuang, karena mengonsumsi sesuatu yang basi akan menyebabkan kita sakit.

Oleh karena itu, belajar di masa lalu saja tidak cukup, tapi kita harus bersedia melepaskan konsep-konsep atau teori-teori usang yang pernah kita pelajari (unlearn). Misalkan pelajaran statistik, di masa lalu sangat mengagung-agungkan menarik kesimpulan dengan cara mengolah sampel yang dianggap mewakili populasi. Tetapi sekarang dengan bantuan teknologi digital, orang sudah mengolah data besar (big data) dari keseluruhan populasi. 

Statistik masa lalu juga bersifat time line, yaitu mengolah data-data pada peristiwa yang sudah terjadi. Statistik masa sekarang bersifat real time, yaitu mengolah dan memetakan data dari peristiwa yang sedang terjadi saat ini juga. 

Dari big data yang real time dapat dipetakan semua potensi bisnis. Kita tahu kemana pergerakan orang-orang, dan segera bisa kerahkan sumber daya untuk mengangkut orang-orang tersebut. Hal ini yang dilakukan oleh pengusaha transportasi on line seperti Gojek dan Grab. 

Sekarang transportasi online tidak hanya melayani jasa pengangkutan orang, tapi sudah mengembangkan varian bisnisnya ke pengangkutan makanan dan dokumen. Kemampuan memanfaatkan big data yang real time telah membawa Gojek dan Grab menjadi perusahaan yang berpenghasilan di atas 100 milyar per tahun dalam kurun waktu di bawah 5 tahun.

Ilmu-ilmu yang kita kumpulkan hasil belajar pada masa lalu jangan membuat kita merasa sudah cukup pintar. Apalagi prestasi-prestasi kita di masa lalu kadang membuat kita nyaman dan akhirnya membuat kita enggan belajar hal-hal baru. Sekarang coba diinstrospeksi, seberapa banyak pengetahuan masa lalu kita yang masih bermanfaat untuk memecahkan masalah pada kehidupan nyata sekarang. 

Kalau sedikit atau tidak ada sama sekali, itu pertanda pengetahuan yang kita miliki itu sudah usang atau basi. Sesuatu yang usang atau basi tidak akan banyak memberikan manfaat, malahan akan membebani hidup kita. Oleh karena itu jangan pasif (no relearn) terhadap pengetahuan baru. Terus mempelajari pengetahuan-pengetahuan baru  adalah kunci menaklukan masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun