Mohon tunggu...
Pauzan Haryono
Pauzan Haryono Mohon Tunggu... Dosen - -

"Manusia biasa yang berusaha untuk jujur pada diri sendiri"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Muridnya Zaman "Now", Gurunya Zaman "Old"

22 Juli 2018   11:27 Diperbarui: 22 Juli 2018   11:42 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beberapa waktu lalu, penulis ditemui oleh seorang Kepala Sekolah Sekolah Dasar Swasta di Kota Bekasi. Kepala sekolah tersebut adalah mahasiswa penulis di tingkat Pascasarjana. Sang kepala sekolah menceritakan sebuah kasus yang baru saja dia alami. Ada seorang guru di sekolahnya yang dikeluhkan oleh murid dan orang tuanya. 

Masalahnya adalah ketika siswa tersebut merasa menjawab dengan benar soal ujian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), tapi disalahkan oleh gurunya. Penulis tanya :'soalnya apa?". Kepala sekolah menjawab :"Sebutkan jenis-jenis transportasi darat!. "Dijawab apa oleh muridnya?" tanya penulis lagi. Murid menjawab : Light Rapid Transportation (LRT), Mass Rapid Transportation (MRT) dan Sub way. Rupanya sang murid itu sering diajak orang tuanya ke luar negeri dan naik moda transportasi yang disebutkan tadi. Merasa disalahkan oleh gurunya, sang murid tidak terima dan melapor ke orang tuanya. Orang tua murid mencetak foto-foto LRT, MRT dan Sub Way untuk diberikan kepada gurunya. 

Ternyata sang guru tetap merasa benar, tidak mau disalahkan. Sang murid juga tidak terima dan tetap merasa benar. Akhirnya sang murid membawa orang tuannya menghadap kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah yang bijak, dia harus di posisi netral, tidak memihak kepada salah satu. Kepala sekolah menggali informasi dengan bertanya pada kedua belah pihak, murid dan guru. Pertama dia bertanya kepada muridnya, "Mengapa anda sangat yakin bahwa jawabanmu benar, nak?. Sang murid menjawab "saya tidak hanya pernah melihat alat transportasi tersebut, tapi pernah juga menjadi penumpangnya, ketika saya berlibur ke luar negeri". 

Kemudian kepala sekolah bertanya kepada sang guru :"mengapa anda begitu yakin bahwa jawaban murid itu salah, pak? Sang guru mengambil sebuah buku paket IPS lalu dia menunjukkan kepada kepala sekolah, murid dan orang tua murid bahwa di dalam buku itu tidak ada satupun jawaban murid ada dalam buku tersebut. Ternyata yang ada dalam buku itu yang disebut dengan alat transportasi darat adalah :sepeda, sepeda motor, becak, bajai, mobil dan kereta api. 

Sang guru juga menjelaskan bahwa buku paket yang dia pakai adalah buku paket dari penerbit nasional yang bereputasi dan tidak mungkin salah. Karena jawaban murid tidak ada atau tidak sama dengan yang di buku paket, maka sang guru berkesimpulan jawaban itu salah.

Kisah di atas adalah salah satu contoh kasus dari banyak kasus yang serupa di dunia pendidikan kita. Betapa banyak guru masih berpegang teguh pada satu kebenaran , dan itu harus tertulis di buku paket. Masih banyak guru beranggapan bahwa sumber satu-satunya ilmu adalah dari dirinya sendiri, dan celakanya dia menerima kebenaran dari satu buku paket saja. Dia beranggapan bahwa murid adalah makhluk pasif yang otaknya masih kosong dan perlu diisi. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa ada perbedaan yang sangat mendasar antara guru dan murid dalam soal mengakses ilmu pengetahuan. Muridnya adalah native digital sementara sang guru Immigrant digital.

Native digital adalah generasi yang dilahirkan di saat teknologi digital sudah ada. Mereka sudah mengenal teknologi digital sebelum masuk sekolah. Bahkan mereka lebih pintar daripada guru dan orang tuanya dalam hal mengeksplorasi teknologi digital. Mereka adalah perenang dalam lautan internet, sementara guru dan orang tua yang masuk ke dalam immigrant digital adalah penonton di tepiannya. 

Immigrant Digital, melihat sang anak asyik dengan teknologi tersebut, orang tua dan guru mencurigainya. Seolah-olah tidak ada yang positif dari teknologi  tersebut. Padahal teknologi digital telah mengubah hampir semua aspek kehidupan manusia. Gara-gara teknologi digital, cara belanja berubah, cara berwisata berubah, cara berkomunikasi berubah, bahkan cara belajarpun berubah.

Cara belajar tradisional dengan menganggap guru adalah satu-satunya sumber ilmu sudah layak ditinggalkan. Daripada mencurigai teknologi internet, jauh lebih baik kalau kita memanfaatkannya. Teknologi tidak akan pernah bisa dibendung, kita lah yang harus menyesuaikan diri. Melawan teknologi, sudah pasti kita yang akan jadi pecundangnya. Teknologi sanggup menghapal kitab suci dalam waktu kurang dari 12 jam tanpa kesalahan sedikitpun. Teknologi sudah sanggup menyiarkan seluruh peristiwa di muka bumi secara real time, tanpa jeda waktu sedikitpun.

Guru zaman now, sudah seharusnya tidak mengisolasi diri dari teknologi. Ubah cara mengajar dengan memanfaatkan teknologi sebaik mungkin.  Di zaman internet, sumber belajar menjadi tidak terbatas. Guru dapat mengeksplorasi sumber belajar tanpa dibatasi ruang dan waktu. Guru harus aktif dalam mengeskplorasi ilmu dalam dunia digital. 

Berkat bantuan teknologi, belajar menjadi sangat murah dan mudah. Banyak sekali kursus bermutu tinggi yang bisa diakses secara gratis. Sebagai contoh IndonesiaX dan Khan Academy. IndonesiaX adalah platform kursus on line yang diasuh oleh professor dan praktisi kenamaan berkelas dunia. Sementara Khan Academy,  adalah kumpulan materi pembelajaran yang sangat tinggi mutunya. Pembelajaran on line di Khan Academy sangat terstruktur dengan cara penyampaian yang mudah dipahami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun