Mohon tunggu...
Pauzan Haryono
Pauzan Haryono Mohon Tunggu... Dosen - -

"Manusia biasa yang berusaha untuk jujur pada diri sendiri"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara Jakarta dan Penang

19 Juli 2018   16:18 Diperbarui: 16 April 2020   16:06 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas merupakan lagu hits di era 90an yang dinyanyikan secara merdu oleh penyayi berbakat yaitu almarhumah Popy Mercury. Akan tetapi tulisan ini tidak ada sangkut pautnya dengan lagu tersebut, apalagi dengan kisah sedih yang terkandung dalam lagu tersebut. Kisah cinta antara dua insan yang terhalang oleh samudera dan status sosial. Tulisan ini menyoroti penjelajahan ilmiah selama 4 hari di Penang Malaysia yang dilakukan oleh mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) Universitas Islam 45 Bekasi.

Lawatan ke Penang Malaysia dalam rangka mengikuti International Conference on Future of Education (ICONFED) yang dilaksanakan oleh Institut Pendidikan Guru Kampus Tuanku Bainun (IPGKTB) Pulau Pinang Malaysia. Kunjungan dilaksanakan dari tanggal 09 Juli sampai tanggal 12 Juli 2018. Jumlah delegasi yang ikut adalah 40 orang yang terdiri dari 33 mahasiswa, 4 dosen dan 3 tenaga kependidikan.

Perjalanan ke Penang ini awalnya adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komparasi Pendidikan yang diampu oleh penulis sendiri. Sebelum berangkat ke Penang, mahasiswa sudah ditugaskan untuk melakukan penjelajahan ilmiah tingkat lokal, yaitu pergi ke Madrasah Internasional Techno Natura dan Rumah Perubahan.

Madrasah Internasional merupakan sebuah sekolah unik yang lebih menekankan pada pengembangan bakat yang dimiliki oleh siswa, bukan penyeragaman kurikulum yang memberatkan. Sementara Rumah Perubahan adalah sebuah lembaga yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia yang dipimpin oleh Prof. Rhenald Kasali, Guru manajemen terbaik tingkat 22 dunia menurut Global Gurus Institute tahun 2020.

Mengapa penjelajahan ilmiah menjadi menjadi metode yang digalakkan di Magister Pendidikan Agama Islam Universitas Islam 45 Bekasi? Uraian berikut akan sedikit memberikan penjelasan.

Dari Word to Learn ke How to Learn

Di era revolusi industri 4.0 yang ditandai oleh Internet of Everything (IoE) dan Artificial Inteligent (AI) sumber belajar menjadi berlimpah. Pada era ini, pendidik tidak bisa lagi menjadi satu-satunya sumber belajar. Buku teks yang dipakai pendidik pun tidak bisa menjadi satu-satunya standar ilmu yang harus dikuasai oleh peserta didik. Buku teks guru tidak bisa disakralkan seperti kitab suci, seolah-olah dengan menguasai buku teks maka paripurna lah pengetahuan peserta didik.

Pada era revolusi industry 4.0, peserta didik tidak perlu dijejali dengan berbagai hapalan yang belum tentu bermanfaat bagi kehidupan sehari-harinya. Justru tugas seorang pendidik adalah memotivasi peserta didiknya untuk mengeksplorasi seluruh sumber keilmuan yang tersedia. Dengan mengadakan penjelajahan, peserta didik akan mengerahkan daya pikirnya untuk menganalisis seluruh hal-hal baru yang ditemukan.

Hal-hal yang selama ini belum diketahui oleh mahasiswa secara langsung,  atau mahasiswa menemukan kesenjangan antara teori dengan fakta yang terjadi di lapangan, akan menjadikan nalar kritis mahasiswa bekerja aktif. Hal ini akan menyebabkan mahasiswa akan mengeksplorasi informasi yang berkaitan dengan temuannya di lapangan.

Mahasiswa akan mencari buku yang diperlukan dan mengeksplorasi internet tanpa harus disuruh apalagi dimarahi. Metode ceramah yang selama ini menjadi andalan pendidik, sudah selayaknya ditinggalkan dan apabila perlu dipunahkan karena tidak sesuai dengan tuntutan zaman.

Selama di Penang, mahasiswa tidak hanya diwajibkan untuk mengikuti konferensi, tapi juga diwajibkan untuk mencari teman baru yang berbeda negara. Tidak hanya itu, mahasiswa diwajibkan untuk mengkesplorasi George Town Penang untuk menemukan keunikan dan keunggulannya sehingga bisa membandingkannya dengan kota di tanah air.

Akhirnya mahasiswa mengerahkan segala nyali untuk memenuhi tugas tersebut. Hasilnya, beyond expectation!. Mahasiswa mempunyai motivasi lebih untuk belajar, karena mereka sadar, bahwa pengetahuan yang banyak akan memecahkan berbagai persoalan. Tidak hanya itu, minat mereka belajar bahasa asing juga menggebu-gebu, karena dengan bahasa inggris pas-pasan sangat menghalangi mereka berkomunikasi dengan bangsa lain.

Man of Analysis dan Problem Solver

Perubahan yang dibawa oleh revolusi industri 4.0 akan jauh lebih cepat daripada revolusi industri sebelumnya. Perubahan ini bersifat eksponensial, bisa ada ribuan perubahan yang terjadi di segala bidang kehidupan dalam waktu yang singkat. Banyaknya platform yang tersedia di gadget telah mengubah gaya hidup kita. Cara berkomunikasi berubah, cara belanja berubah, cara berwisata berubah, dan cara belajar pun berubah. Perubahan ini menuntut kita harus menyesuaikan diri, jika ingin tetap bertahan.

Survival of the fittest, itu kata Charles Darwin, penggagas teori evolusi. Hanya yang bisa beradaptasi dengan perubahan yang bisa bertahan. Dalam zaman perubahan cepat ini, kita tidak banyak pilihan : berubah atau digilas oleh perubahan.

Dengan kata lain, berubah atau punah. Oleh karena itu, pendidik harus menyadari bahwa untuk menghadapi perubahan yang super cepat ini metode pembelajaran yang hanya mengandalkan hapalan sudah tidak cukup. Perlu metode pembelajaran yang menuntut 'analysis' peserta didik, karena dalam perubahan akan selalu ada peluang dan tantangan. Jika peserta didik terbiasa menganalisis, maka akan senantiasa dengan mudah mengubah tantangan menjadi peluang.

Dengan mengajak mahasiswa menjelajah, apalagi ke daerah yang belum pernah diketahui sebelumnya, mereka akan langsung berhadapan dengan banyak masalah. Ada kendala bahasa dalam berkomunikasi, ada kendala budaya dalam berinteraksi dan banyak lagi tantangan yang harus dipecahkan.

Semua kendala tadi harus dipecahkan dan pemecahannya tidak ada di hapalan, tapi perlu analisis dan tindakan nyata. Semakin sering mereka memecahkan masalah maka akan semakin terampil mereka menganalisis semua persoalan hidup. Perubahan bukan lagi hal yang ditakuti, bahkan perubahan mampu melahirkan banyak peluang.

Tantangan zaman di masa depan akan jauh lebih sulit daripada hari ini. Pendidik tidak bisa lagi menggunakan cara-cara lama untuk menghadapinya. Adalah mustahil memecahkan masalah masa depan dengan cara masa lalu.

Pendidik harus kreatif mengembangkan metode pembelajaran, salah satunya dengan mengajak peserta didik mengeksplorasi hal-hal baru di luar buku teks. Di masa depan, pengetahuan saja tidak cukup tapi perlu nyali, dan nyali hanya milik orang-orang yang berani mengeksplorasi wilayah baru dan hal-hal baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun