Perkembangan teknologi yang semakin maju dan perkembangan yang semakin modern membuat budaya asing semakin mudah dan cepat masuk ke Indonesia. Tidak terbatas hanya pada budaya Barat, Asia kini aktif menyebarkan budayanya ke seluruh dunia.Â
Korea Selatan adalah negara asal Asia Timur yang berhasil menjadi pengekspor budaya populer melalui musik, fashion, masakan, drama, film, dan lainnya. Bahkan bisa dikatakan Korea kini menjadi pesaing berat negara-negara Amerika dan Eropa dalam menyebarkan budaya populer.Â
Tak bisa dipungkiri, saat ini Korean wave mulai mempengaruhi gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya para remaja, membuat mereka lebih mencintai budaya Korea daripada budaya negaranya sendiri.
Industri hiburan Korea Selatan setidaknya didominasi oleh tiga komoditas, yaitu film, drama atau yang biasa disebut drakor, dan musik pop atau K-pop. Di antara ketiganya, drakor paling populer dan paling laris di kalangan masyarakat Asia, khususnya masyarakat Indonesia.Â
Sejak drakor mulai tayang di televisi nasional, istilah Hallyu atau Korean Wave atau Gelombang Korea sudah sering terdengar. Hal ini menunjukkan kepopuleran produk Korea Selatan di berbagai negara.
Produk Korea Selatan lainnya yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia khususnya generasi muda adalah K-Pop. Hal ini dibuktikan dengan suksesnya penampilan konser boy band dan girl group Indonesia seperti BTS, Blackpink, Seventeen, Twice dan lainnya. Tak hanya itu, kini brand lokal sepertinya tak mau ketinggalan, melainkan mendorong artis Korea untuk menjadi hook brand ambassador.
Pemain tidak terlalu banyak, jadi pemilihan lagunya serius dan komprehensif. Tidak jarang Indonesia kedapatan menjiplak produk Korea. Inilah salah satu alasan mengapa konten dari Korea Selatan lebih laris dan digemari masyarakat.
Seperti disebutkan sebelumnya, globalisasi dan perkembangan teknologi informasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antar negara. Penggabungan batas-batas geografis dan budaya menciptakan pertukaran kepentingan yang masif dan kompetitif di bidang ideologi, ekonomi, politik, dan budaya.
Fenomena global ini diwakili oleh konsep imperialisme budaya. Ini mengacu pada pengaruh sosial dari satu negara ke negara lain, termasuk kepercayaan, nilai, pengetahuan, norma, perilaku, dan gaya hidup. Salah satu dampak negatif yang langsung dialami dari adanya imperialisme budaya adalah tergerusnya identitas dan kearifan lokal, seperti adat istiadat, musik, dan gaya hidup masyarakat lokal.
Indonesia memang telah lama mengalami imperialisme budaya. Pada masa rezim lama, Indonesia menjadi pusat pengaruh kekuatan-kekuatan besar, karena kemudian terjadi Perang Dingin antara Amerika dan Uni Soviet.Â
Hal ini membuat gejala imperialisme budaya Barat melalui budaya pop seperti rock and roll cukup digemari masyarakat. Namun kebijakan kebudayaan pada masa pemerintahan Soekarno lebih cenderung anti imperialisme, ia lebih menekankan nasionalisme kebudayaan, sehingga rezim Orde Lama melarang segala bentuk budaya pop dari Barat.
Berbeda dengan era Orde Baru, rezim Soeharto lebih terbuka dan sangat lembut terhadap imperialisme budaya Barat. Dia menerapkan kebijakan budaya melalui "internasionalisasi budaya". Segala bentuk budaya Barat, seperti sains, teknologi, strategi ekonomi, dan budaya pop, terbuka secara masif.
Sampai sekarang di era reformasi imperialisme budaya semakin terbuka. Globalisasi yang semakin meningkat membuat kita semakin mengenal budaya negara lain, tidak hanya negara Barat tetapi juga negara non-Barat. Fenomena Korean wave yang meluas adalah contoh nyata.
Lantas bagaimana cara mengatasi krisis identitas dan melestarikan budaya nusantara agar tidak hancur saat diserbu budaya asing? Tentunya diperlukan kebijakan dan strategi budaya yang tepat, salah satunya adalah membuka diri terhadap modernitas namun tetap teguh pada jati diri kita sebagai bangsa yang berdaulat dan berharga.Â
Tidak hanya itu, membangun brand nasional yang positif dan personal sangat penting di masyarakat, terutama di kalangan generasi muda, untuk menjaga bangsa dari terpaan budaya global.
Mungkin budaya populer Korea perlahan mengubah gaya hidup sebagian besar masyarakat Indonesia, namun hanya Anda yang bisa menentukan perubahan baik atau buruk apa yang akan Anda alami saat terpapar budaya ini. Setiap orang harus dapat mempengaruhi budaya Korea secara positif dalam kehidupan mereka.
Budaya Korea memang tidak dilarang, namun masyarakat khususnya generasi muda harus cerdas dan tahu batasannya. Bahkan menjadi panutan artis Korea bisa bertahan selama Anda menyaring yang positif dan melepaskan yang negatif.Â
Terakhir, tidak ada salahnya mengikuti kehidupan budaya Korea selama Anda tidak pernah kehilangan kecintaan terhadap budaya negara Anda. Jangan sampai malah menghapus jati diri kita sebagai warga negara Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H