Essay yang berisi premis dan asumsi berdasarkan fakta-fakta di Timur Tengah ini menghasilkan suatu Hipotesis yang mengukuhkan Pancasila sebagai Falsafah yang paling tepat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang majemuk. Saling menghargai dan mendukung antar penganut agama yang berbeda. Sebaliknya ketika kita meninggalkan falsafah Pancasila, bahkan doktrin yang berbeda dari kitab suci agama yang sama sering menjadi legitimasi pembunuhan massal (seperti halnya kasus Ahmadiyah). Ketika minoritas A di suatu daerah ditindas, terjadi pembalasan oleh mayoritas A di provinsi lain (Kasus Tolikara versus Singkil). Maka itulah, diharapkan Pancasila menjadi solusi kebhinnekaan Indonesia yang Gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja. Namun dengan rusaknya sejarah terciptanya Pancasila dan Kesaktian Pancasila yang penuh dengan darah tercurah dari anak bangsa yakni darah para pahlawan revolusi dan darah ribuan pengikut dan simpatisan partai komunis di Indonesia serta rusaknya sejarah oleh segelintir pembuat sejarah palsu: Apakah Pancasila masih layak sebagai wadah pemersatu Agama dan Ideologi? Masih saktikah burung Garudaku?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H