Mohon tunggu...
Paulus Teguh Kurniawan
Paulus Teguh Kurniawan Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan

Alumni Master of Science in Finance dari University of Edinburgh, Inggris Raya. Fasih bicara bahasa Inggris dan Mandarin. Saat ini bekerja sebagai akuntan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Benarkah Alquran Melarang Memilih Pemimpin Non Islam?

25 November 2016   13:02 Diperbarui: 25 November 2016   13:11 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penafsiran Surat Al Maidah 51 tiba-tiba menjadi perdebatan besar gara-gara kasus Ahok. Secara garis besar, ayat tersebut mengajarkan kepada umat Islam supaya jangan memilih orang non Islam menjadi pemimpin. Wajar jika perdebatan ini menghangat di tengah bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika ini. Di satu sisi, Surat Al Maidah mengajarkan jangan memilih pemimpin non Islam. Namun di sisi lain, konstitusi kita mengatakan bahwa siapapun boleh jadi pemimpin, terlepas dari agama apapun yang dianutnya. Lebih tegas lagi, UU kita melarang isu SARA digunakan dalam momen-momen pemilu.

                Saya tidak begitu paham Alquran, saya bukan Islam, dan saya juga tidak begitu mengikuti perdebatan mengenai penafsiran ayat tersebut. Yang saya tahu, kaum Islam memiliki dua jenis penafsiran mengenai ayat tersebut. Penafsiran pertama adalah bahwa Islam memang secara mutlak dilarang memilih pemimpin non Islam, kapanpun dan di manapun, tidak peduli meskipun calon pemimpin non Islam tersebut merupakan orang yang baik, tulus dan sebagainya. Penafsiran ini yang dipegang oleh FPI, Aa Gym, dan beberapa tokoh Islam lainnya.

Penafsiran kedua adalah bahwa ayat tersebut muncul di momen saat kaum Islam sedang terancam oleh pemimpin non Islam, jadi ayat tersebut hanya berlaku apabila kaum Islam sedang terancam oleh pemimpin non Islam, jadi kaum Islam tetap boleh memilih pemimpin non Islam apabila tidak sedang dalam kondisi terancam. Yang saya tahu, para petinggi NU menganut penafsiran yang kedua ini.

                Yang mana yang benar? Saya bukan ahli Alquran dan saya juga tidak banyak mengikuti perdebatan mengenai ini, jadi saya tidak tahu karena belum menganalisisnya.

                Tapi menurut pendapat hati nurani saya, jelas penafsiran kedua dong yang benar.

                Pertimbangan saya simpel saja. Islam yang merupakan agama damai, dan juga Nabi Muhammad yang agung, mana mungkin sih mengajarkan penafsiran pertama itu. Masa Nabi Muhammad mengajarkan bahwa orang sebaik apapun dilarang dipilih jadi pemimpin semata-mata karena tidak menganut agama Islam? Kok bagi saya rasanya tidak mungkin.

                Bagaimana jika misalnya dalam suatu pemilu ada 2 calon pemimpin. Calon yang pertama agamanya Islam tapi pernah korupsi, pernah membunuh orang, pernah memperkosa orang dsb. Calon yang kedua track recornya bersih, hatinya jujur dan tulus, tapi agamanya non Islam. Seandainya Nabi Muhammad hadir dalam pemilu tersebut, apa yang akan dikatakannya? Apakah ia akan berkata suruh memilih calon yang pertama? Sulit bagi saya membayangkan seorang nabi agung seperti dia mengajarkan hal seperti itu.

                Apalagi setahu saya (mohon dimaklumi kalau saya salah, pengetahuan Islam saya masih pas-pasan), nabi Muhammad sendiri pernah dilindungi oleh seorang Raja Kristen saat ia bersama pengikut-pengikutnya sedang dikejar-kejar sekelompok orang yang ingin membunuh mereka. Masa sih Nabi Muhammad malah membalas kebaikan si raja Kristen itu dengan menyuruh pengikutnya jangan pernah memilih pemimpin Kristen?

                Lalu setahu saya juga, nabi Muhammad pernah mengatakan kutipan “tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”.... Cina kan negeri yang kaum Islamnya sangat minim saat itu (atau mungkin malah tidak ada?), pemimpin pendidiknya jelas bukan Islam, tapi Muhammad mengajarkan suruh menuntut ilmu ke sana, belajar dari pendidik-pendidik yang pemimpinnya bukan Islam, alias 100% kafir semua.

                Bangsa kita memiliki 4 pilar kebangsaan yang sangat indah. Jarang ada bangsa lain yang memiliki pilar seindah ini. Kita di Indonesia ini diajar untuk toleransi dan saling menghormati perbedaan. Kita diajarkan untuk memilih pemimpin berdasarkan kualitasnya dan karakternya, bukan agama ataupun sukunya. Mana mungkin ada agama yang sebegitunya sampai mengajarkan tepat kebalikannya; mengajarkan memilih semata karena agamanya, tidak peduli sebaik apapun karakter dan kualitas calon pemimpin? Saya tidak percaya Islam yang merupakan agama damai mengajarkan hal semacam itu.

                Toh nyatanya Soekarno saja pernah memilih orang Kristen yaitu Johannes Leimena menjadi Presiden sementara Indonesia hingga sebanyak tujuh kali. Sepanjang sejarah pun, banyak sekali orang non Islam yang terbukti menjadi pemimpin hebat, yang sumbangsihnya bahkan diakui para tokoh Islam terbaik dunia. Sebut saja Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, dan Abraham Lincoln.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun