Secara jujur saya menyatakan sangat kecewa saat kepolisian DKI menyatakan bahwa di antara para preman yang ditangkap (kalau tidak salah ada sekitar 48 orang) di tanah abang hanya 2 orang saja yang ditetapkan sebagai tersangka, sementara sisanya dilepaskan dengan alasan tidak terbukti melakukan pemerasan. Ditambah lagi kepolisian sama sekali tidak berusaha menelusuri keterlibatan lulung di balik para preman tersebut. Silahkan simak analisis saya berikut ini.
Anda bisa membaca di link-link berikut ini:
Berikut ini satu kutipan yang penting dari link tersebut:
Kamis (2/8) kemarin, aparat gabungan dari Subdit Jatanras dan Subdit Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya menangkap 48 preman di kawasan Tanah Abang Jakarta Pusat. Mereka diciduk di 5 titik yakni di depan Masjid At-Taqwa, depan Blok B, Blok G, Pasar Tasik dan di dekat Stasiun Tanah Abang.
Seorang preman bernama Doni Firmansyah, mengaku sebagai satuan pengamanan sebuah ormas. "Saya satpam PPM (Pemuda Panca Marga). Saya setor ke Ketua PPM," aku Doni, kemarin.
Seharusnya dari sini saja sudah jelas ketahuan siapa ormas di balik para preman tersebut, dan juga siapakah oknum dewan yang bermain di sana. Silahkan anda gugling untuk menemukan siapakah ketua PPM tersebut, yang tidak lain dan tidak bukan adalah si lulung. Tapi tindakan polisi yang sama sekali tidak menyelidiki PPM maupun lulung terkait pengakuan para preman tersebut sangatlah memalukan. Padahal diberitakan sebelumnya bahwa kepolisian bertekad menyelidiki kemungkinan adanya ormas yang mengkoordinir para preman tersebut.
Dari pengakuan preman tersebut, orang bodoh saja pasti tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya: menyelidiki PPM dan lulung. Paling minimal, lulung harus dimintai keterangan terkait pengakuan preman tersebut. Tapi kenapa kepolisian sama sekali tidak bertindak?
Saya berspekulasi mengenai 2 kemungkinan. Pertama, polisi takut kepada lulung yang menjabat wakil ketua DPRD DKI, dan juga kepada PPP yang membekingi lulung. Kedua, polisi disuap oleh kubu lulung dan PPP. Atau bisa juga keduanya: polisi takut pada kubu lulung dan sekaligus disuap oleh kubu lulung.
Padahal seandainya saja lulung beneran ditangkap dan terbukti keterlibatannya, ini bisa menjadi sebuah momen besar kemenangan keadilan dan kebenaran di negara yang karut-marut ini. Ahok yang sebelumnya sudah berkata benar bahwa ada oknum dewan yang bermain di tanah abang, malah harus ditimpa berbagai masalah: diancam disomasi PKL, diadukan ke mendagri, didemo oleh kelompok bernama "rajjam ahok" (yang saya yakin dikoordinir oleh pihak lulung), dsb. Seandainya kali ini lulung ditangkap, keadilan akan bersinar dan akan menjadi air segar bagi bangsa yang penuh ketidakadilan ini. Orang-orang akan lebih berani membela kebenaran dan keadilan, tanpa takut pada para mafia.
Yah, mungkin memang inilah potret bangsa kita. Ketidakadilan selalu merajalela. Orang yang berbuat benar seperti Ahok justru ditimpa berbagai masalah dan derita. Orang yang berbuat salah dan menghancurkan bangsa seperti lulung justru berjaya. Kebobrokan tidak hanya terjadi di bidang politik, namun juga di bidang hukum dan kepolisian, serta pasti banyak bidang lainnya juga. Kita melihat secercah harapan pada munculnya pemimpin hebat seperti Jokowi dan Ahok, namun agaknya masih teramat banyak sekali yang harus dibenahi di negara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H