Mohon tunggu...
paulus londo
paulus londo Mohon Tunggu... -

Aku bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kegagalan Manusia Memahami Kehendak Allah

13 November 2017   11:07 Diperbarui: 13 November 2017   11:18 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matius  26 ayat 15: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku memberikan Dia kepada kamu"

-. Kalimat ini diucapkan oleh Yudas Iskariot ketika bernegosiasi dengan para imam kepala kaum Yahudi. Obyek transaksinya adalah Tuhan Yesus. Dalam kehidupan sehari-hari, transaksi suatu hal yang lumrah.Namun negosiasi kerap tidak berlangsung fair bahkan penuh tipu daya. Ingat transaksi antara Esau dan Yakub yang penuh dengan kecurangan (Kej.21 ayat 19-34).

  • Transaksi  antara Yudas dan para Imam Kepala kaum Yahudi tersebut berlangsung beberapa hari sebelum Yesus ditangkap dan kemudian disalib. Hasil dari negosiasi itu adalah satu kesepakatan: 
  • a. Yudas bersedia menjadi penunjuk jalan dalam operasi penangkapan Yesus; 
  • b. Yudas mendapat imbalan 30 keping perak (setara 4 bulan gaji prajurit rendahan tentara Romawi). Kesepakatan ini kemudian dijalankan oleh masing-masing pihak.

  • Siapakah Yudas Iskariot itu? Yudas Iskariot adalah salah seorang dari 12 orang murid Yesus Kristus. Bapaknya adalah Simon Iskariot (Yoh 6:71; 13:2, 26). Dalam komunitas Yesus Kristus ia berperan sebagai bendahara dan oleh Yohannes, ia  disebut "Pencuri."
  • Mengapa Yudas Iskariot menjual Yesus Kristus, padahal dalam keseharian ia selalu bersama-sama Yesus?.  

  • Pertama, kemungkinan motivasi Yudas menjadi murid Yesus, tidak didasari keyakinan bahwa Yesus itu Tuhan, melainkan hanya seorang guru biasa. Berbeda dengan murid yang lain yang memandang Yesus sebagai Tuhan. Yudas hanya memandang Yesus, sebagai "Rabi: artinya Guru. Artinya, Yudas tidak hanya gagal memahami Tuhannya, tapi juga gagal memahami  apa yang menjadi kehendak Tuhan.  

  • Kedua, kemungkinan seperti kebanyakan orang Yahudi saat itu, termasuk para murid Yesus, Yudas mengikut Yesus didorong oleh motif patriotik, ingin menjadikan Yesus sebagai panglima perang atau Messias politis bagi pembebasan Yahudi dari Roma. Dan ketika Yesus berulang kali menolak provokasi itu dan mengatakan bahwa KerajaanNya bukan dari dunia ini dan KerajaanNya itu dapat terwujud melalui kematian dan kebangkitanNya, maka Yudas pun kecewa. Perlu diketahui ada murid Yesus dari kalangan Zelot (kelompok radikal anti Romawi).

  • Dalam Alkitab disebutkan pula bahwa Yudas sempat mencela tindakan Maria yang membasuh kaki Yesus dengan minyak Narwastu. Sementara Yesus memuji perbuatan Maria itu. Yudas berpendapat bahwa minyak Narwastu itu sebaiknya dijual untuk disedekahkan kepada orang miskin, Ia menyarankan itu bukan karena didorong oleh keprihatinannya kepada orang miskin melainkan karena ia biasa mencuri uang kas tim pelayanan Yesus (Yoh.12:5-6). Jadi ia memandang segala sesuatu dari kacamata duniawi.

  • Pada bagian akhir Kitab Injil dikisahkan bahwa adanya penyesalan dari dua orang murid Yesus, yakni Petrus (karena telah 3 kali menyangkal Yesus) dan Yudas karena merasa telah berkhianat yang menyebabkan Yesus yang tidak berdosa dihukum mati. Petrus pun menangis tersedu-sedu, namun ia kemudian bangkit menebuskan kekecewaannya yakni dengan mewartakan Injil Kristus hingga  akhir hayat. Sedangkan Yudas mengalami frustrasi, ia mengembalikan uang kepada  para  Imam Kepala kaum Yahudi, lalu gantung diri. Kehidupan Yudas menjadi sia-sia, bahkan uang hasil menjual Yesus menjadi uang haram yang tak berguna.

  • Kisah Yudas Iskariot adalah kisah kegagalan manusia memahami hakekat Allah dan apa yang menjadi kehendak Allah. Hal yang sama bisa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Meski setiap hari Yudas selalu berada dekat Yesus, namun ia gagal memahami apa yang menjadi kehendak Yesus. Ini disebakan dalam interaksiya dengan Yesus, Yudas lebih mengedepankan ego pribadi, ego keduniawiannya. Ia tidak menempatkan Yesus sebagai subyek yang menentukan arah kehdupan manusia, melainkan hanya sebagai  obyek yang mesti mendukung apa kepentingan pribadinya. Dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang ada diantara kita  yang berpaling dari Yesus, menjauh dan bahkan meninggalkan kehidupan berjemaat, hanya karena terpikat godaan duniawi. Atau tak tahan menanggung penderitaan.

  • Kisah Yudas Iskariot sesungguhnya merupakan peringatan yg mengerikan bagi setiap pengikut Yesus yangg tidak sungguh-sungguh pasrah terikat kepada-Nya, kendati memang benar berada dalam persekutuan-Nya, tapi tidak memiliki RohNya (bandingkan dengan Roma 8:9b); ia meninggal sebagai 'seorang bernasib malang dan terkutuk', atas pilihannya sendiri. Dari kehidupan Yudas kita dapat belajar bahwa dalam mengikut Yesus janganlah kita memaksakan kehendak kita kepada Allah. Tetapi kehendak kitalah yang harus tunduk kepada kehendak Allah. 

  • Menjadi kristen berarti juga menjadikan Yesus sebagai yang utama dan terutama dalam hidup kita. Dan apabila telah berbuat dosa cepatlah datang kepada Tuhan dalam penyesalan dan doa pengakuan dosa. Jangan berlambat-lambat. Tuhan itu kasih. Ia pasti menerima dan mengampuni kita dengan kasihNya yang besar.

  • Apabila peristiwa ini direnungkan dengan mendalam maka kita pun dapat melihat bahwa sadar atau tidak sadar kita juga kerap "mengkhianati dan menjual" Yesus demi mencapai tujuan kita sendiri, yaitu ketika kita memaksakan cara dan kehendak kita sendiri. Seringkali kita menempatkan Tuhan bukan sebagai penguasa hidup kita, melainkan sebagai "person" yang harus mengikuti kemauan kita. Kemahakuasaan Tuhan kita ganti dengan keterbatasan Tuhan yang berhadapan dengan kemahakuasaan kita.

  • Disadari atau tidak  kita seringkali menjadikan Tuhan sebagai objek bagi sesembahan kita. Yang menjadi subjek adalah diri kita sendiri. Yesus harus mengikuti semua keinginan kita dan apabila Dia tidak sesuai dengan keinginan kita, maka Dia bukanlah Yesus yang kita kenal tetapi Yesus yang asing, sehingga Yesus seperti itu harus ditinggalkan dan diganti dengan Yesus yang kita buat sesuai dengan imajinasi dan keinginan kita.

  • Tidaklah mengherankan apabila pemberitaan Alkitab pada saat ini seringkali menjadi batu sandungan bagi manusia. Karena setiap pemberitaan Alkitab mau menggambarkan kebenaran hakiki yang -- mungkin -- hal itu tidak sependapat dengan kebenaran yang dipikirkan oleh manusia, maka akan melahirkan peperangan antara keinginan Allah yang tertuang dalam Alkitab versus keinginan manusia yang tertuang dalam gaya kehidupan masa kini.

  • Dewasa ini seringkali ayat-ayat Alkitab dimanipulasi sedemikian rupa untuk membenarkan setiap keinginan manusia. Untuk menghakimi sesama, maka digunakanlah ayat-ayat Alkitab agar penghakiman itu sah dan bernilai rohani. Belum lagi gaya-gaya hidup yang "sok suci", yang selalu bicara tentang ayat-ayat Alkitab tetapi hati, pikiran, tangan dan kakinya selalu menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan kemanusiaannya.

  • Banyak tipu daya yang tertuang dalam kehidupan; dan semua itu dilegalisasi dengan menggunakan ayat-ayat Alkitab. Bukankah hal ini sama seperti seorang Yudas? Yang dengan alasan kebenaran, berdasarkan  kehendak Allah, ingin membentuk Yesus seperti yang diinginkan. Berarti pengkhianatan itu terjadi bila ada upaya yang ditimbulkan untuk memaksa seseorang sesuai dengan keinginan orang lain.

  • Ini dari renungan hari ini adalah  mau mengajak kita untuk belajar dari pengalaman Yudas; agar kita tidak mengulangi kesalahan Yudas dalam hidup kita. Tuhan lebih tahu apa yang lebih baik bagi hidup kita; dan jangan dibalik bahwa kita lebih tahu bagi kehidupan Tuhan. Jika kita sudah mengakui bahwa Tuhan lebih tahu apa yang lebih baik bagi hidup kita, maka biarlah dalam keseluruhan aspek kehidupan kita belajar untuk tundak dan mengikut jalan-Nya.

  • Menjadi pengikut Yesus Kristus yang setia berkomitmen terhadap ajaranNya memang tidak mudah. Akan senantiasa menemui berbagai kesulitan. Namun Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Dalam Wahyu 2 ayat 8-11 dikatakan:  "Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu. Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Siapa yang bertelinga hendaklah mendengar apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat. Barang siapa menang ia tidak menderita apa-apa oleh kematian kedua." (PL)

  • *)Renungan pada Ibadah KWP 1 Jemaat GMIST Depok, Selasa 7 Nopember 2017)

**). Penatua pada GMIST Jemaat Depok. Wakil Ketua Pengurus Pelka Laki-Laki GMIST Resort Indonesia Bagian Barat

  •  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun