Mohon tunggu...
paulus londo
paulus londo Mohon Tunggu... -

Aku bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Desa Birang Kepulauan Talaud Sulawesi Utara

21 Januari 2015   02:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:42 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


DesaBirang

Kepulauan Talaud Sulawesi Utara

Oleh: PAULUS LONDO.-1)

BIRANG, adalah nama salah satu desa di Pulau Kabaruan (bagian Timur/sabangan/habangan) Kepulauan Talaud Sulawesi Utara. Letaknya berhadapan langsung dengan samudera Pasific. Area pemukiman (kampung) termasuk kecil dibanding dengan desa lain. Tapi wilayah hutan dan kebun tergolong luas, sebab kearah hulu sungaimencakup sebagian lereng (wele) gunung Padian.

Secara tradisional, batas wilayah desa dengan desa sekitarnya adalah alur aliran sungai. Di sebelah selatan, sungai Maru’ut yang jadi batas desa Birang dengan desa Akas. Sedangkan di utara (tepatnya: sebelah Barat Laut), aliran sungai Umbanga yang jadi penanda batas dengan desa Ighik. Tapi, batas ini unik, sebab Desa Birang dan Desa Ighik sejak dulu merupakan satu kesatuan baik dalam administrasi pemerintahan desa maupun dalam ikatan kekerabatan (orang Birang sama juga dengan orang Ighik, begitu pula sebaliknya). Tegasnya, Birang dan Ighik itu desa kembar.

Sungai Andaaranna dengan anaknya sungai Mantaba memiliki arti penting dan vital bagi penduduk Desa Birang. Sebab mata air anak sungai Mantaba merupakan sumber utama air bersih, kendati ada pula yang memanfaatkan sumber air lainnya yang ada dipinggiran desa (mata air Buwun).

14217565821266579598
14217565821266579598

PEMUKIMAN ( Dari Wanua Tabe ke Wanua Wacu)

Lokasi pemukiman (kampung) Birang yang ada saat ini sebenarnya baru dibuka pada awal 1900-an. Dulu lokasinye berada di utara sungai Andaaranna (Wanua Tabe), namun areal pemukiman kemudian direlokasi kearah selatan karena wanua tabea kondisi wanuta tabe yang rawan ancaman tanah longsor.

Menurut para tetua desa Birang, sebenarnya dulu pun pemukiman penduduk terbagi dua, yakni sebagian di wanua tabe, dan sebagian lagi di lokasi yang ada sekarang ini. Yang tinggal di wanua tabe disebut Napo sedangkan dilokasi sekarang disebut Nosyengnga, Hingga sekarang sebutan ini masih dipergunakan untuk menamai dua bagian dari pantai Birang. Terbaginya Birang atas dua bagian itu pula yang hingga saat ini masih menandai garis kekerabatan yang disebut Syuanganna, yakni: Syuangannu Warrane dan Syuangannu Wowone.

14217566151997917405
14217566151997917405

PANTAI DESA BIRANG

Pantai Birang merupakan pantai yang terlebar di pulau Kabaruan bagian timur. Berpasir coklat keabu-abuan yang merupakan hasil pengendapan sedimen yang terbawaaliran sungai.Pasir berwarna kelabu kecoklatan biasanya berhubungan erat dengan daratan di aliran sungai yang terdiri dari tanah liat. Ini berbeda dengan pantai di desa di pulau yang umumnya berwarna putih karena hasil pelapukan terumbu karang. Teluk Birang memang tidak terdapat terumbu karang. Gulungan ombak besar dari lautan Pasifik menjadi kendala bagi tumbuhnya terumbu karang. Juga tidak terdapat vegetasi tepi laut seperti mangrove dan sebagainya.

Perairan di pantai Birang justru memiliki karakteristik khas akibat dasar laut (tepi pantai) yang berupa jurang sehingga memiliki kedalaman yang tinggi (10 meter dari garis tepi air kedalamannya sudah sekitar 15 meter). Dengan kondisi bibir pantai seperti ini, maka ombak di pantai Birang terkenal ganas. Tentu berbahaya bagi terutama bagi mereka yang belum mengenal karakter ombak di pantai initapi tidak bahkan terasa nyaman bagi orang Birang yang besar di desa ini. Ombak besar besar biasanya terjadi saat gelombang laut juga besar yakni dari bulan Oktober hingga Maret. Pada saat itu, karang di pantai Birang ditumbuhi “bamburumbatu” yakni sejenis vegetasi endemik yang terasa lezatdimasak dengan santan kelapa. Sedangkan dibagian pantai yang berpasir, banyak terdampar “tarawe” sejenis ganggang yang mengeluarkan bisa, yang dapat membuat badan gatal-gatal.

Musim teduh yakni gelombang laut hanya berupa riak-riak kecil dan ombak mengalun tenang mencapai puncak sekitar bulan Mei hingga Juni. Biasanya bertepatan dengan musim hujan sehingga air di sungai-sungai meluap (banjir). Aliran sungai saat itu pula banyak membawa jenis kepiting endemik Birang yang disebut Atang.Anak-anak maupun orang tua pun beramai-ramai menangkap atang di muara sungai untuk dijadikan lauk pauk.

Dulu pantai desa Birang merupakan satu-satunya yang menjadi tempat berteluri Penyu Belimbing yang disebut “Wisyangnga.” Namun sekarang hampir sudah tak ada lagi penyu datang bertelur di pantai Birang.

142175664332152603
142175664332152603

KERAJINAN TANAH LIAT

Topografiwilayah antara Birang dan Ighik merupakan lansekap (bentang alam) yang agak unik. Selain merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) dari banyak anak sungai, juga berbukit-bukit dan tanahnya merupakan jenis tanah liat. Karena itu pula, Birang menjadi desa dengan pantai terpanjang di pulau Kabaruan bagian timur. Daerah Aliran Sungai yang mengandung unsur tanah liat pada gilirannya membentuk pantaiberpasir kelabu pada setiap muara sungai. Selain itu, dadanya cadangan sumber daya alamtanah membuat Birang jaman dulu dikenal sebagaidesa pengrajin berbagai produk tanah liat seperti Belanga (Urin na), pembakaran sagu (bawauhanna) juga pembuatan bata (tella). Sayangnya, generasi sekarang sudah tidak ada yang menekuni kerajinan tersebut, bahkan mungkin tidak tahu lagi bagaimana proses pengolahan tanah liat.

Pada saat tertentu juga ci dasar sungai muncul tanah liat berwarna putih.

PENGHARGAAN RATU BELANDA

Pada masa pemerintahan Belanda, Desa Birang adalaj salah satu desa yang mendapat penghargaan dari Ratu Belanda, Welhelmina karena warganya taat membayar pajak. Betuk penghargaan berupa Bintang yang bergambar mahkota kerajaan Belanda itu disematkan kepada Kapten Laut Desa Birang saat itu yakni Apitalau David Gago. Karena itu Opolao David Gagola juga disebut “ Aptalau Bintang.”

1421756683698732698
1421756683698732698

14217568411177895700
14217568411177895700


142175671116361249
142175671116361249

1421756750930527225
1421756750930527225

14217567771527003589
14217567771527003589

1421756807960269017
1421756807960269017


1). PAULUS LONDO, Ketua LS2LP (Lembaga Studi Sosial, Lingkungan & Perkotaan), Koordinatr Komunitas SUAR (Suara Akar Rumput)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun