Mohon tunggu...
Paulus Hurit
Paulus Hurit Mohon Tunggu... Petani - tidak sekolah

jalan-jalan, dan menghayal

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Wasiat Bapak

7 Desember 2024   10:13 Diperbarui: 7 Desember 2024   11:02 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi-pagi benar

Setelah aku keluar dari kamar

Dengan tatapan yang masih samar-samar

Kutemui bapak lagi santai menyeruput kopi

Dengan tampilan wajah penuh reflektif

Mentari pagi menyirami wajah bapak yang senja

Wajah bapak terukir sebuah makna hidup yang tak kunjung redup

Dengan tatapan yang masih samar-samar

Kutanyai soal surat warisan

Emak sengaja tak mendengarnya

Saudari-saudariku juga, seakan-akan mereka menutup telinga

Sedangkan bapak masih santai menikmati kopinya

Rupanya bapak sengaja tak mendengarkannya

Beliau malah begitu kusyuk menyeruput kopi

Sembari menyemburkan isi kepalanya pada langit

yang isinya adalah inspirasi-inspirasi

Ceritanya lebih menarik dari pertanyaanku

Namun

Tak sekali bapak membiarkan isi kepalanya tumpah dan tenggelam dalam cairan hitam itu

Karena bagi bapak;

Hidup ini bukan hanya tentang pahit dan manis

Banyak rasa yang harus dirasakan

Banyak pertanyaan yang harus dituntaskan

Sebelum tenggelam dalam realita kehidupan

Usai menatap kekosongan dan kebisuan pagi itu

Tanpa sepata katapun bapak memberikan surat itu

Setelah kubuka ternyata bukan surat warisan

Tak ada segudang tanah

Ia tak ingin sepetak tanahpun tumbuh di atas kepala anak-anaknya

Yang ia berikan adalah wasiatnya

Di akhir surat wasiat bapak tertulis

"SABAR, SABAR, DAN SABAR, nak hidup ini butuh kesabaran"

Itu yang kudapat dari tangan bapak

Itu Wasiat yang kuterima dari padanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun