Mohon tunggu...
Damar Murti
Damar Murti Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Just ordinary people... Menulis adalah bentuk ekspresi dari sebuah pengalaman dan bagian dari ide. "life only once, so use it wisely"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Eksplorasi Pigmen dari Dunia Bawah Laut

22 Desember 2020   06:57 Diperbarui: 22 Desember 2020   07:03 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pigmen atau warna adalah sumber bahan dasar yang dapat diaplikasikan kedalam beberapa aspek, seperti pewarna makanan, garmen, farmasi dan obat-obatan. Namun hadirnya pigmen sintetik memberikan sebuah ancaman bagi konsumen, contoh pewarna pada makanan dan minuman, karena dapat mengakibatkan munculnya beberapa penyakit dalam jangka waktu yang panjang. 

Materi sintetik memang mudah untuk dapat dibuat, didapat dan digunakan, tetapi dampak yang ditimbulkan setelahnya mampu merusak sistem pada organ tubuh dalam manusia. Bahaya materi sintetik ini telah menjadi perhatian bagi beberapa peneliti. Peneliti mulai untuk melirik sumber pigmen dari alam atau "back to nature" seperti tumbuhan, buah dan sayur karena potensi manfaat dan lebih aman dalam penggunaannya

Pigmen-pigmen yang terdapat pada tumbuhan, buah dan sayur sudah ada beberapa contohnya seperti kurkumin pada kunyit, likopen pada tomat, -karoten pada wortel, dan sebagainya. Eksplorasi pigmen di darat memang sudah menjadi hal umum dan biasa dilakukan tampaknya, lalu bagaimana bila kita mulai merambah ke dunia bawah laut? 

Dapatkah kita mengeksplorasi pigmen-pigmen baru dari lingkungan laut? Pigmen alami itu tidak hanya didapatkan dari lingkungan darat saja, tetapi lingkungan laut dengan segala sumber daya hayatinya yang kaya pun ternyata mampu menyediakan pigmen alam pula.

Bagaimana kita mendapatkan pigmen alami dari lingkungan bawah laut? Apakah dengan mengkeruk secara besar-besaran target sumber daya yang ada di lautan? Lalu, apa yang akan terjadi pada sistem ekologi laut kita? Tentu saja bila kita mengeksploitasi sumber daya laut secara massive (besar:red), akan mengganggu keseimbangan alam di laut kita. 

Radjasa dkk. (2007) melaporkan bahwa senyawa aktif yang didapat bila mengambil secara massive hanya 10-6 dari berat basah biota laut. Karena itu, ini akan menimbulkan permasalahan supplai atau regenerasi dari biota laut itu sendiri. Kemudian, bagaimanakah solusinya untuk mengatasinya? 

Kini mari kita arahkan pandangan baru kepada mikroorganisme yang berasosiasi dengan biota laut atau yang biasa disebut bakteri simbion laut. Mengapa mikroorganisme yang berasosiasi dengan biota laut menjadi perhatian? Menurut penelitian Perez Matoz dkk. (2007) menyebutkan bahwa mikroorganisme yang bersimbiosis dengan biota laut mampu mensintesis senyawa bioaktif yang sama pada inangnya. Bakteri simbion laut menjadi alternatif untuk kita dapat mengeksplorasi pigmen alami dari dunia bawah laut.

Lingkungan laut dan peluang manfaat

Lingkungan laut menyediakan keanekaragaman hayatinya yang cukup tinggi. Terdapat banyak jenis biota-biota laut diantaranya terumbu karang, sponge, anemon, bintang laut, rumput laut, lamun dan jenis-jenis ikan. Tersedianya nutrien yang melimpah di dalam lautan membuat beberapa organisme mampu memanfaatkannya untuk dapat bertahan hidup dan bereproduksi di lingkungannya. Lingkungan laut menjadi sangat potensial dalam pemanfaatannya di bidang teknologi, hasil perikanan, juga farmasi dan obat-obatan.

dok.pri
dok.pri

Paparan cahaya matahari yang berlangsung terus menerus sekian tahun lamanya dan membuat suhu di laut menjadi naik yang mengakibatkan beberapa organisme laut harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Selain itu, menurut Engel dkk. (2002) menyatakan bahwa air laut mengandung 107 virus, 106 bakteri, 103 jamur, dan 103 mikroalga/mL. 

Oleh karena itu, cara adaptasi biota laut pada lingkungan yang sangat ekstrem yaitu dengan memproduksi senyawa metabolit sekunder untuk bertahan hidup. Salah satu metabolit sekunder yang diproduksi oleh biota laut adalah dengan mensintesis pigmen karotenoid sebagai fotoproteksi dari paparan cahaya matahari. Karotenoid merupakan senyawa yang termasuk kedalam kelas terpenoid, yang memiliki rantai poliena dengan 40 karbon, dibentuk dari delapan unit isoprena C5. Karotenoid mampu melindungi jaringan pada biota laut dari radiasi sinar UV yang berlebihan.

Bakteri simbion laut berpigmen

Mikroorganisme yang bersimbiosis dengan biota laut sedang naik daun karena potensi pemanfaatan yang efektif dilihat dari segi aktivitas biologinya, dan juga lebih efisien karena mudah untuk meremajakan bakteri kembali dan pertumbuhannya yang cepat. Bakteri simbion laut telah banyak diteliti oleh para peneliti sebagai antibakteri, antijamur, antioksidan, dan antikanker. 

Sifat bakteri simbion laut yang bersimbiosis mutualisme dengan inang biota laut memberikan keuntungan bagi keduanya. Sebagai contoh, bakteri simbion dengan karang, bakteri simbion menjaga karang agar tidak mengalami pemutihan karang dan karang pun mendapat manfaat yaitu mempertahankan eksistensinya di lingkungan dengan bereproduksi. Bakteri simbion laut memberikan keuntungan dan juga menjadi target baru dalam mengeksporasi sumber daya kelautan.

Performa yang ditunjukkan oleh bakteri simbion laut dalam bioaktivitasnya sebagai antibakteri, antijamur, antioksidan dan antikanker cukup memuaskan. Banyak penelitian telah berhasil melakukan beberapa uji aktivitas tersebut dengan mengandalkan bakteri simbion laut ini. Namun, bakteri memiliki keanekaragamannya yang tinggi dilihat dari bentuk morfologi, tekstur dan warnanya. Peneliti mulai tertarik terhadap bakteri simbion laut yang memiliki warna alami / pigmen. 

Upaya pencarian pigmen alami dengan mengeksplorasi sumber daya kelautan menjadi semakin mungkin tanpa mengganggu kestabilan ekologinya. Melalui pencarian dan penemuan bakteri simbion laut yang berpigmen inilah kita dapat melakukan eksplorasi kelautan dengan konservatif. Menjadi sangat mungkin bahwa pigmen alami yang dihasilkan oleh bakteri simbion laut merupakan alternatif yang sangat menjanjikan karena dapat ditumbuhkan dengan mudah dan memberikan produksi pigmen yang cukup tinggi apabila bakteri sudah monokultur (hanya 1 sama koloni). 

Baru -- baru ini Wusqy dkk. (2014) telah berhasil mengisolasi bakteri simbion laut dari karang Acropora sp. yang teridentifikasi sebagai bakteri Erythrobacter flavus dan mengandung pigmen -karoten. Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni dkk. (2010), berhasil mengisolasi bakteri simbion laut dari lamun Thalassia hemprichii. yang teridentifikasi sebagai bakteri Bacillus licheniformis dan mengandung pigmen alami diadinoxantin. Kekayaan sumberdaya kelautan dapat kita manfaatkan dengan menggunakan bakteri simbion yang bersimbiosis pada biota -- biota laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun