Manusia dan serangga adalah dua organisme yang tidak asing dengan satu sama lain. Dari semut-semut yang sering menggerogoti remah-remah di lantai, sampai kupu-kupu menghiasi taman di siang hari. Sudah diajarkan pentingnya peran serangga bagi kita. Lihat saja sutra dari ulat dan madu dari lebah. Teman-teman kecil ini banyak berjasa bagi kita.
Meski demikian, manusia cenderung lebih menghargai serangga yang secara langsung berguna bagi mereka atau yang terlihat cantik. Itu pun cantik dalam artian yang konvensional. Warnanya yang cerah dan terang, yang sebagian besar tubuhnya adalah sayap. Padahal, di luar spesies tersebut, terdapat peran-peran serangga yang tidak kalah penting pada ekosistem di sekitar kita.
Si Aneh tapi Penting
Jika kita melihat kupu-kupu, kita akan mengomentari warna sayapnya yang anggun atau cara terbangnya yang memukau. Tapi jika kita lihat seekor nyamuk bangau, setidaknya salah satu dari kita pasti langsung mencoba menepuknya. Padahal, nyamuk bangau tidak bisa menggigit atau menyengat, dan dirinya merupakan sumber makanan yang penting bagi banyak hewan.
Bias tersebut lebih terlihat pada kasus antara lebah madu. Lebah hanya identik dengan genus lebah madu (Apis sp.) yang memproduksi madu, sementara lebah-lebah spesies lain yang bentuknya berbeda dicap sebagai tawon. Padahal, spesies lebah sangat beragam, masing-masing memenuhi kebutuhan khusus (niche) dalam suatu ekosistem. Lebah kayu (Xylocopa sp.) berperan dalam dekomposisi kayu-kayuan di hutan melalui kemampuan mereka bersarang di dalamnya. Lebah tukang batu (Osmia sp.) mampu melakukan polinasi dengan 100 kali lebih efisien daripada seekor lebah madu.
Lalu ada  kasus yang lebih sering, antara lebah madu dan tawon. Tawon identik dengan versi 'jahat' lebah yang bisa menyengat dan tidak memproduksi madu, apalagi kebiasaan alami tawon untuk  menyerang lebah madu. Secara gamblang, kebanyakan orang berkonsepsi bahwa tawon adalah sesuatu yang pantas dibunuh.Â
Nyatanya, tawon-tawon berkoloni yang ganas hanya mewakili sedikit saja dari seluruh keluarga dari tawon. Kebanyakan tawon hidup soliter, mereka lebih memiliki tinggal sendiri-sendiri dan lebih memilih untuk menghindari konflik. Selain itu, sekitar 100 spesies anggrek membutuhkan tawon sebagai penyerbuknya, dengan masih banyak lagi tanaman yang hanya bisa dipolinasi oleh tawon.
Di luar dunia serangga, terjadi pula hal serupa dengan kelabang dan laba-laba. Mendengar dua hewan tersebut, pasti membuat bulu kuduk berdiri. Tentu bisa dipahami. Kaki yang panjang dan reputasi mereka membuat banyak orang tidak suka dengan kedua hewan tidak bertulang belakang itu. Maka, jika ada satu pun yang dari mereka yang muncul, pasti akan segera untuk dimatikan. Padahal kelabang dan laba-laba berperan penting dalam mengontrol jumlah hama-hama seperti semut, kecoak, dan rayap.
Pengenalan Sejak Masa Dini
Kurangnya wawasan umum tentang peran penting yang dimainkan serangga, yang cantik dan yang tidak, disebabkan karena kurangnya fokus menyeluruh dalam informasi publik tentang ekologi yang melibatkan serangga.Â