Mohon tunggu...
Paulus Aidant Wardojo
Paulus Aidant Wardojo Mohon Tunggu... Lainnya - siswa

deedee

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Evolusi: Bagaimana Cara Kerjanya?

25 Mei 2024   20:36 Diperbarui: 25 Mei 2024   20:37 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://microbenotes.com/natural-selection-definition-theory-types-examples/)

Evolusi dikenal sebagai perubahan perlahan pada makhluk hidup yang membuatnya terlihat seperti yang ada sekarang ini. Ada beberapa konsep dasar yang perlu diketahui agar evolusi dapat dipahami sepenuhnya. Artikel ini bertujuan untuk meluruskan beberapa hal yang mungkin disalahpahami.

Evolusi pada dasarnya terjadi karena adanya mutasi pada materi genetika suatu organisme (makhluk hidup; bisa berupa hewan, tumbuhan, sampai bakteri). Materi genetika adalah suatu "kandungan" yang terdapat di dalam setiap makhluk hidup, dapat berupa DNA atau RNA. Materi genetika ini ketika banyak akan menyusun kromosom. Beberapa kromosom akan membentuk satu set yang dikenal sebagai genom. Bisa dipikirkan bahwa setiap kromosom ini menurunkan sifat-sifat tertentu pada organisme. Mari kita contohkan dengan suatu kromosom A yang membuat organisme jadi berwarna merah, berjari empat, dan bermata dua (pada kondisi sebenarnya satu kromosom bisa menurunkan ratusan sifat). Saat organisme itu berkembang biak, kromosom A ini diturunkan ke peranakan sehingga anaknya pun berwarna merah, berjari empat, dan bermata dua. Namun, secara acak, mutasi mengubah kromosom A itu yang membuat "isi"-nya berbeda. Sekarang kromosom A justru membuat anak itu berwarna biru. Inilah mutasi. Lalu, apa yang terjadi?

Mutasi, seperti yang telah digambarkan, membuat organisme memiliki sifat berbeda. Adanya sifat berbeda itu membuat seleksi alam bekerja. Jika mutasi itu membuat peranakan organisme jadi lebih tinggi peluang hidupnya, organisme itu kelak akan berkembang biak dan menurunkan mutasinya ke generasi berikutnya. Inilah yang menciptakan sifat baru pada suatu organisme. Jika mutasi itu justru membuat organisme jadi lebih sulit hidup, maka organisme itu tidak akan berkembang biak sebanyak induknya sehingga mutasinya akan hilang. Misalkan ada sekelompok ngengat yang hidup di hutan. Selama berkembang biak, ada ngengat yang warnanya jadi lebih hitam dari warna ngengat lainnya yang lebih abu-abu. Ngengat hitam ini lebih sulit dilihat oleh predator saat malam hari ketimbang ngengat yang berwarna abu-abu. Alhasil, ngengat hitam menghasilkan banyak peranakan ngengat yang berwarna hitam juga sehingga lambat-laun spesies (jenis) ngengat itu jadi berwarna hitam. Inilah salah satu contoh evolusi pada skala yang kecil. Bisa disimpulkan juga bahwa evolusi tidak memiliki tujuan: asalkan suatu sifat membuat organisme itu lebih tinggi peluang hidupnya, sifat itu akan diturunkan.

(https://www.knowledgesphere.org.in/2023/03/genetic-drift-example-and-bottleneck.html)
(https://www.knowledgesphere.org.in/2023/03/genetic-drift-example-and-bottleneck.html)

Selain seleksi alam yang bekerja pada populasi (kumpulan spesies pada satu tempat sama), terdapat pula faktor-faktor lain yang bisa memengaruhi sifat yang dimiliki organisme. Secara acak, hanyutan genetika dapat terjadi. Hanyutan genetika merujuk pada segala macam peristiwa acak yang bisa terjadi pada suatu populasi yang bisa mengubah sifatnya. Salah satu contoh paling mudahnya adalah bencana alam. Bencana alam dapat menyebabkan hilangnya suatu porsi populasi yang menyisakan hanya beberapa yang memiliki sifat tertentu yang akan mendominasi populasi itu di generasi berikutnya. Misalkan ada populasi burung merah dan burung biru di suatu hutan. Badai petir menerpa hutan itu yang membunuh sebagian besar burung merah dan menyisakan lebih banyak burung biru. Burung biru yang tersisa akan berkembang biak menghasilkan banyak burung biru. Akhirnya, dari burung merah dan biru, populasi itu jadi didominasi burung biru. Peristiwa hanyutan genetika ini dikenal juga sebagai efek leher botol (bottleneck effect), ketika suatu peristiwa hanya menyisakan sedikit dari populasi sehingga ketika populasi itu kembali ke angka awalnya, sifat organisme di dalamnya sudah berubah. Ada satu lagi efek hanyutan genetika yang disebut sebagai efek pendiri (founder effect). Ini terjadi ketika suatu porsi dari populasi terisolasi dari populasi awalnya. Seporsi populasi ini akan menghasilkan populasi baru dengan sifat yang berbeda dari populasi sebelumnya. Misalkan terdapat populasi kumbang merah yang lebih banyak dari kumbang biru. Beberapa kumbang biru bergerak ke suatu pulau tapi tidak bisa bergabung lagi ke pulau asalnya. Kumbang biru itu berkembang biak menghasilkan populasi kumbang yang lebih banyak berwarna biru.

(https://microbenotes.com/gene-flow-plants-animals-humans/)
(https://microbenotes.com/gene-flow-plants-animals-humans/)

Terakhir, terdapat aliran genetika. Tidak seperti hanyutan genetika, ini tidak terjadi secara acak. Aliran genetika bisa digambarkan ketika populasi spesies yang sama dari kedua lokasi menyampur sifatnya, umumnya melalui proses migrasi.  Misalkan, kupu-kupu raja (Danaus plexippus) bermigrasi dari Amerika Serikat ke selatan untuk kawin. Tujuan hewan melakukan ini adalah untuk bisa menghasilkan sifat baru di antara mereka yang mungkin bisa meningkatkan peluang hidup. Seperti seleksi alam, tapi dimulai oleh organisme itu sendiri.

Demikian, beberapa konsep evolusi yang biasanya dibahas di mata pelajaran biologi kelas 12. Tentunya ada beberapa konsep-konsep lain yang belum disentuh. Namun, asalkan evolusi dipahami sebagai suatu peristiwa yang terjadi tanpa arah; bukan perubahan gradual ke satu tujuan tertentu, sebagian besar materi evolusi akan mudah dimengerti. Semoga berguna bagi masyarakat umum dan semoga membantu bagi yang masih melaksanakan studinya di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun