Dengan begitu, guru diharapkan bangkit dari keterpurukannya. Ia akan tampil kembali sebagai guru yang profesional. Profesional dalam mengajar, profesional dalam mengelola kepribadian, dan profesional dalam berelasi dengan siswa, sesama guru, orang tua dan dengan orang lain di sekitarnya.
Mengakhiri tulisan ini, perlu digarisbawahi bahwa sindrom burnout dialami oleh siapa saja termasuk guru. Apalagi dalam masa pandemi Covid-19 ini.Â
Maka, persoalan guru yang burnout hendaknya dipandang secara komprehensif, bukan sepotong-sepotong. Tidak bijak seorang guru diberi rapor merah. Sebaliknya, sekolah mencari solusi agar guru dapat mengolah burnout-nya sehinga kebali tampil sebagai guru yang profesional di mata siswa dan orang tua.Â
Semoga!
Jakarta, 1705021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H