Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Media Sosial Itu Pentas Tarian, Ini Cara Saya Memainkan Tarianku

7 Mei 2021   22:35 Diperbarui: 11 Mei 2021   05:50 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mural media sosial. (sumber: unsplash.com/@epicantus)

Media sosial itu seperti sebuah pentas. Di atas pentas itulah seorang penari memperagakan tariannya. Ia berusaha menampilkan kebolehannya di hadapan penonton dengan menggerak-gerakkan tubuhnya untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan tertentu.

Agar ekspresinya menimbulkan kesan indah dan menarik, ia harus terampil menyelaraskan gerak tubuhnya dengan rasa dan irama.

Begitu halnya dengan media sosial. Media sosial media setiap orang, besar-kecil, tua-muda berselancar di Facebook, WA, Twitter, Instagram, Linkedin, Youtube dan sebagainya menggunakan kendaraan internet. 

Setiap saat, setiap detik berjuta-juta orang seakan berbondong-bondong memasuki wilayah-wilayah bebas hambatan tersebut dengan berbagai tujuan. Ada yang sekadar menikmati berbagai suguhan di sana. 

Ada yang membagikan pikiran dan perasaannya melalui postingan atau konten-konten seperti artikel, gambar atau video. Ada yang menawarkan barang dan jasa. 

Bahkan, ada juga yang bertindak sebagai gerilyawan untuk mengacaukan dunia maya dengan membajak, memprovokasi atau menyebarkan hoax.

***

Tarian adalah Postingan atau Konten 

Jika pentas merupakan tempat penari menarikan tariannya, media sosial adalah media setiap orang memosting konten-konten pribadinya. Konten-konten ini merupakan ekspresi pikiran dan perasaan seseorang, dituangkan dalam bentuk artikel, gambar, lukisan, foto atau video. 

Ilustrasi Bermedsos (KATOLIKNEWS.com)
Ilustrasi Bermedsos (KATOLIKNEWS.com)

Sebuah konten bisa bersumber dari pengalaman sendiri, bisa juga berasal dari pengalaman orang lain, kemudian diramu menggunakan keahlian, keterampilan, dan daya kreativitas seseorang. 

Kualitas postingan sangat berpengaruh terhadap jumlah orang atau netizen yang membaca, melihat, atau memberi like. Jika postingan itu tidak atau kurang berkualitas, mengurangi jumlah netizen yang melihat, membaca, memberi like, atau memberikan rating. 

Begitupun sebaliknya. Bahkan, jika bersifat tidak orisinal, jiplakan, atau berbau sara,  konten tersebut tidak dipublikasikan (masuk kotak); pemiliknya mendapat "surat cinta" dari admin, atau ia harus berurusan dengan hukum.

Postingan atau konten tidak lain adalah duplikasi kenyataan yang diramu atau digarap sedemikian rupa sehingga menarik untuk dibaca, dilihat, atau ditonton. 

***

Memainkan Tarian adalah Kebijakan dalam Memosting

Seorang penari selalu berusaha tampil di atas pentas dengan tarian yang memukau penonton. Ia bangga, puas, tersanjung, bahkan bahagia apabila mendapat pujian, applause dari penonton. Apalagi tampil sebagai pemenang bila itu adalah suatu perlombaan. 

Begitu juga dalam bermedia sosial. Setiap kita bebas memosting atau men-share konten kita ke media sosial. Tapi kita juga hendaknya memosting konten-konten dengan bijak agar tidak tersandung masalah yang merugikan diri sendiri.

Inilah cara saya memainkan tarian-tarianku.

#1 Meneliti teknis penulisan konten.

Sebelum dipublikasikan, saya membaca dengan teliti konten untuk menilai struktur, isi dan bahasa tulisan.

 Strukturnya haruslah sistematis, yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang pemilihan judul. Isinya yang logis, argumentatif (disertai bukti, fakta atau pendapat orang lain sebagai pendukung), serta bagian penutup berupa kesimpulan yang menegaskan kembali bagian isi, atau berupa harapan bagi pembaca. Bahasanya yang efektif, kalimat yang pendek dan ringan untuk dibaca.

#2 Menilai konten.

Saya menilai konten, apakah tidak bersinggungan dengan unsur Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA). 

#3 Konten tidak mengandung pornografi.

Apakah konten saya mengandung unsur pornografi? Apakah di dalam konten saya mengeksploitasikan unsur seksual berupa tulisan, gambar, ilustrasi, atau foto?

#4 Konten tidak bersifat provokatif. 

Konten yang bersifat menghasut atau membangkitkan kemarahan orang lain untuk bertindak melawan hukum atau kebijakan umum.

#5 Konten tidak menyinggung perasaan orang atau kelompok masyarakat tertentu. Menggunakan bahasa yang kasar, kotor, bersifat menggurui karena akan menciptakan citra buruk di mata pembaca atau netizen. Jika ini terjadi, konten selanjutnya tidak akan dibaca atau dihiraukan orang lain. 

#6 Konten tidak mengandung kebenaran (hoax). 

Konten yang akan diposting bebas dari kebohongan dan manipulasi. Konten harus berisi kebenaran yang didukung oleh fakta dan data.

#7 Konten tidak memamerkan privasi diri sendiri atau orang lain.

Konten yang akan diposting adalah konten yang bersifat umum atau mengandung kenyataan umum. Bukan memamerkan data pribadi diri sendiri atau data pribadi orang lain. 

Jika ini terjadi, saya sudaj membuka aib sendiri, dan membuka peluang bagi orang lain "gerlyawan dunia maya" untuk membobol atau meretas data pribadi saya.

#8 Mencermati sungguh-sungguh syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh penyedia layanan media sosial. Hal ini penting agar konten saya dapat dimuat dan akun saya tidak diblokir. Dan lebih penting lagi agar saya tidak berurusan dengan hukum.

***

Media sosial bagaikan pentas tarian. Setiap orang berkesempatan untuk tampil dan membawakan tariannya. Tarian yang indah dan bernilai rasa senilah yang akan mendapat respon positif dari penonton. 

Begitu juga perilaku bermedia sosial. Setiap orang bebas berselancar di media sosial. Setiap orang bebas mengekspresikan pikiran dan perasaan ke media sosial dalam berbagai konten. 

Namun, ada satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah bersikap bijak sebelum memosting agar postingan itu mendapat respon positif dari netizen, atau tidak tersandung masalah yang merugikan diri sendiri. 

Itulah cara saya dalam bermedsos.

Jakarta, 0805021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun