Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sertifikat Kompetensi Lulusan SMK 2021, Benarkah Menjadi Jaminan Mendapatkan Pekerjaan di Dunia Kerja?

6 Mei 2021   11:55 Diperbarui: 7 Mei 2021   09:37 4473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai saat ini, awal Mei 2021 belum semua SMK melaksanakan Ujian Sertifikasi Keahlian (USK). Ini terjadi karena pemerintah memang memberi rentang waktu pelaksanaan USK  dari April hingga akhir tahun pelajaran 2020/2021. Ada dua bentuk ujian, yaitu teori kejuruan dan praktik kejuruan. 

Siswa yang dinyatakan lulus akan mendapatkan Sertifikat Kompetensi yang diberikan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) sebagaimana diatur dalam  Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi.

Lulusan SMK yang memiliki Sertifikasi Keahlian hendaknya berbahagia. Dengan sertifikat di tangan, bertambahlah kepercayaan diri bahwa kompetensinya sudah diakui pemerintah. Dengan dasar itu, ia memiliki nilai jual dalam mengikuti rekrutmen tenaga kerja. Jika berhasil diterima di dunia usaha atau industri, ia berkesempatan untuk mempercepat jenjang karier, dan penghasilan yang lebih besar.

Lulusan sebelum Covid-19

Sebelum meneropong sejauh mana serapan lulusan SMK 2021 di lapangan kerja, kita melihat sebentar lulusan SMK tahun-tahun sebelumnya. Khususnya berkaitan dengan tingkat pengangguran tenaga kerja.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, dalam kurun waktu satu tahun, Februari 2019 hingga Februari 2020, jumlah angkatan kerja sebanyak 137,91 juta orang, naik 1,73. Namun, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) turun sebesar 0,15 persen poin. Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berada pada tingkat penyumbang pengangguran tertinggi, yaitu sebesar 8,49 persen (https://www.bps.go.id, 5/5/2020)

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam situasi negara yang normal (sebelum Covid-19 mewabah di Indonesia) saja lulusan SMK menyumbang pengangguran terbuka terbesar dari lulusan jenjang-jenjang pendidikan lainnya.

Ironisnya, dalam kurun waktu Februari 2019-Februari 2020 - bisa juga satu kurun sebelumnya - sistem pembelajaran berjalan normal. Setiap SMK melaksanakan pembelajaran mengikuti kurikulum normal. Pembelajaran berjalan secara tatap muka di sekolah. Siswa memiliki kesempatan terbuka lebar untuk mengikuti pembelajaran di kelas, melakukan praktik lab, mengikuti lomba-lomba sesuai dengan bidang keahlian untuk mengukur kemajuan kompetensinya. 

Bahkan, sebagai upaya  memperkenalkan siswa dengan dunia usaha atau dunia industri, siswa diberi kesempatan untuk melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin). Laporan Prakerin dijadikan sebagai umban balik untuk membenahi atau meningkatkan kompetensi siswa sebelum masuk ke dunia kerja (lulus).

Ilustrasi sertifikat dari BNSP (pelatihanasesor.com)
Ilustrasi sertifikat dari BNSP (pelatihanasesor.com)

Bagaimana Lulusan 2021, Lulusan Masa Covid-19?

Sejak Februari 2020 pandemi Covid-19 merebak di dunia, termasuk Indonesia. Semua sendi kehidupan bangsa terganggu, termasuk sistem pendidikan. 

Melalui Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan COVID-19 di lingkungan Kemendikbud dan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan COVID-19 pada Satuan Pendidikan, pembelajaran dilakukan dari rumah, atau dilakukan secara daring. Materi pembelajaran pun hanyalah materi-materi esensial. Jumlah jam pembelajaran dibatasi, yaitu 50 % dari jumlah jam pembelajaran normal. 

Belum lagi berbagai kendala yang dihadapi siswa dan orangtua di rumah, juga para guru. 

Terkait dengan sistem pembelajaran di SMK selama masa pandemi juga mengalami kendala yang sangat berarti. Porsi pembelajaran 70% praktik dan 30% teori jelas tidak terealisasi. Boleh dikatakan hampir 100% siswa tidak belajar di lab atau pusat bisnis. 

Prakerin di dunia usaha atau dunia industri tidak dilaksanakan agar memutus rantai penyebaran virus corona. Akhirnya, pemerintah memperbolehkan sekolah mengadakan prakerin di sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat, sebab nilai Prakerin menjadi salah satu syarat bagi siswa untuk mengikuti Ujian Sekolah atau Ujian Sertifikasi Keahlian (USK).

Sampailah pada penghujung proses pembelajaran, siswa SMK harus mengikuti USK agar mendapatkan Sertifikasi Keahlian. Di sini siswa harus mengerjakan soal soal teori kejuruan dan soal praktik kejuruan. Mampukah siswa menyelesaikan semua soal itu sesuai dengan standar penilaian yang dibuat oleh LSP?

Persoalan seberapa mampu siswa SMK mengerjakan kedua jenis soal tersebut perlu dibuktikan dengan penelitian lebih lanjut. Namun, secara nalar, kita boleh menyimpulkan bahwa kualitas SMK 2021 berbeda dengan kualitas lulusan pada tahun-tahun sebelumnya. Atau, agak ekstrem boleh dipertanyakan, samakah kualitas Sertifikat Keahlian lulusan SMK 2021 dengan kualitas  Sertifikat Keahlian lulusan SMK pada tahun-tahun sebelumnya? Jawabannya, terletak di tangan pembaca.

Bagaimanapun persoalan kualitas lulusan SMK 2021 tidak terlepas dari pandemi Covid-19. Maka, persoalan ini merupakan persoalan bersama, antara pemerintah, sekolah, siswa, orangtua dan dunia usaha. Tidak tepat dan tidak bijak jika kita saling mempersalahkan. Yang pantas dipersalahkan adalah Covid-19. Boleh kan?

Lalu, bagaimana implikasi lulusan tahun ini bagi dunia kerja? Agar bisa bersaing dalam bursa tenaga kerja,  lulusan SMK tahun ini bisa meningkatkan kompetensi keahliannya dengan memanfaatkan berbagai kemudahan yang disediakan di media maya. Ia bisa belajar secara otodidak untuk meningkatkan kompetensi keahliannya. Selain itu,  ia bisa mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan informal.

Bagi dunia usaha, bagaimana pun tetap membutuhkan tenaga. Tidak bijak jika memandang sebelah mata  lulusan periode ini. Sadar bahwa kualitas lulusan adalah tanggung jawab bersama maka  dalam perekrutan tenaga kerja, hendaknya tidak menutup mata terhadap mereka. 

Lembaga kerja diharapkan dapat mengorbankan waktu biaya untuk "memoles" lulusan SMK 2021 dengan pendidikan dan pelatihan agar menghasilkan tenaga kerja yang kompeten, yang pada waktunya berkontribusi secara produktif bagi kemajuan dan keberhasilan lembaga kerja.

Jakarta, 0605021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun