Belum lagi berbagai kendala yang dihadapi siswa dan orangtua di rumah, juga para guru.Â
Terkait dengan sistem pembelajaran di SMK selama masa pandemi juga mengalami kendala yang sangat berarti. Porsi pembelajaran 70% praktik dan 30% teori jelas tidak terealisasi. Boleh dikatakan hampir 100% siswa tidak belajar di lab atau pusat bisnis.Â
Prakerin di dunia usaha atau dunia industri tidak dilaksanakan agar memutus rantai penyebaran virus corona. Akhirnya, pemerintah memperbolehkan sekolah mengadakan prakerin di sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat, sebab nilai Prakerin menjadi salah satu syarat bagi siswa untuk mengikuti Ujian Sekolah atau Ujian Sertifikasi Keahlian (USK).
Sampailah pada penghujung proses pembelajaran, siswa SMK harus mengikuti USK agar mendapatkan Sertifikasi Keahlian. Di sini siswa harus mengerjakan soal soal teori kejuruan dan soal praktik kejuruan. Mampukah siswa menyelesaikan semua soal itu sesuai dengan standar penilaian yang dibuat oleh LSP?
Persoalan seberapa mampu siswa SMK mengerjakan kedua jenis soal tersebut perlu dibuktikan dengan penelitian lebih lanjut. Namun, secara nalar, kita boleh menyimpulkan bahwa kualitas SMK 2021 berbeda dengan kualitas lulusan pada tahun-tahun sebelumnya. Atau, agak ekstrem boleh dipertanyakan, samakah kualitas Sertifikat Keahlian lulusan SMK 2021 dengan kualitas  Sertifikat Keahlian lulusan SMK pada tahun-tahun sebelumnya? Jawabannya, terletak di tangan pembaca.
Bagaimanapun persoalan kualitas lulusan SMK 2021 tidak terlepas dari pandemi Covid-19. Maka, persoalan ini merupakan persoalan bersama, antara pemerintah, sekolah, siswa, orangtua dan dunia usaha. Tidak tepat dan tidak bijak jika kita saling mempersalahkan. Yang pantas dipersalahkan adalah Covid-19. Boleh kan?
Lalu, bagaimana implikasi lulusan tahun ini bagi dunia kerja? Agar bisa bersaing dalam bursa tenaga kerja, Â lulusan SMK tahun ini bisa meningkatkan kompetensi keahliannya dengan memanfaatkan berbagai kemudahan yang disediakan di media maya. Ia bisa belajar secara otodidak untuk meningkatkan kompetensi keahliannya. Selain itu, Â ia bisa mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan informal.
Bagi dunia usaha, bagaimana pun tetap membutuhkan tenaga. Tidak bijak jika memandang sebelah mata  lulusan periode ini. Sadar bahwa kualitas lulusan adalah tanggung jawab bersama maka  dalam perekrutan tenaga kerja, hendaknya tidak menutup mata terhadap mereka.Â
Lembaga kerja diharapkan dapat mengorbankan waktu biaya untuk "memoles" lulusan SMK 2021 dengan pendidikan dan pelatihan agar menghasilkan tenaga kerja yang kompeten, yang pada waktunya berkontribusi secara produktif bagi kemajuan dan keberhasilan lembaga kerja.
Jakarta, 0605021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H