Sekolah pun bekerja sama dengan Puskesmas kelurahan terdekat. Sekolah membuat surat pernyataan kerja sama dengan menyanggupi syarat-syarat prokes yang ditetapkan pemerintah setempat. Atas dasar kesanggupan sekolah tersebut, Puskesmas memberi izin sekaligus mengawasi pelaksanaan USK di sekolah.
Kesimpulan
Pelaksanaan Uji Sertifikasi Kompetensi (USK) SMK tahun ini penuh tantangan, khususnya USK Mandiri. Tantangannya bahwa sekolah berani melaksanakan USK secara langsung di sekolah di tengah bangsa Indonesia dilanda pandemi Covid -19; di tengah proses pembelajaran dilakukan dari rumah (secara daring) guna memutus mata rantai penyebaran virus Corona. Didukung oleh kelayakan sarana dan prasarana, disertai penerapan protokol kesehatan (prokes) yang ketat, USK diharapkan berlangsung dengan lancar, aman dan tertib. Dengan begitu, USK mampu mengukur tercapai tidaknya kompetensi siswa untuk memasuki dunia kerja.Â
Akhirnya, sebagai penutup tulisan ini, saya mengutip pernyataan Drs. R. Siringo Ringo, Ketua LSP Jakarta Timur 1, sekaligus selaku Asesor di sekolah tempat saya mengajar, SMK Fransiskus 1. Semakin banyak lulusan suatu SMK Â yang masuk perguruan tinggi menunjukkan bahwa sekolah tersebut belum mampu melahirkan generasi muda yang kompeten. Sebaliknya, semakin banyak lulusan yang terserap ke dunia kerja menjadi indikasi bahwa sekolah tersebut benar-benar SMK. Semoga pandangan Pak Siringo Ringo ini nenjadi cambuk bagi SMK-SMK Â dalam melepaspergikan lulusannya yang mampu "kawin" dengan dunia usaha atau dunia industri.
Jakarta, 20 April 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H