Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Adaptasi Kharisma Fransiskan bagi Karya Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19

5 Oktober 2020   07:30 Diperbarui: 5 Oktober 2020   07:34 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Webminar Pendidikan (dokumentasi yayasan Fransiskus)

Visi Pendidikan Fransiskan

Dr. Hieronimus Yoseph Dei Rupa, OFM menggali dan mengadaptasi pemikiran Beato Duns Scotus, seorang filsuf Fransiskan (1266-1308).

Adapum visi Duns Scotus berkaitan dengan Prinsip Individuasi, yaitu apa yang membuat individu atau pribadi berbeda satu dengan yang lain. Individuating entity (entitas individualis) bersifat singular. Sebuah entitas yang positif, yang intrinsik, unik dan tepat untuk ada itu sendiri.

Setiap individu adalah unik. Bahkan bukan hanya manusia. Setiap ciptaan Allah adalah unik. Setiap ciptaan adalah unik karena memiliki personal yang "this" yang tidak dimiliki ciptaan lain. Setiap ciptaan, termasuk manusia, memiliki martabat yang inheren dan nilai setiap ciptaan in se (dalam dirinya sendiri). 

Maka, nilai individuitas bukan terletak pada utilitas, atau seberapa bermanfaat, melainkan  sesuatu itu dihargai, diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Berdadarkan pemikiran tersebut, proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah-sekolah Fransiskan perlu menekankan nilai individualitas. Pendidik tidak memandang anak-anak didiknya secara general bahwa mereka adalah kelompok perlu dibekali dengan sejumlah pengetahuan. Bahwa mereka mendapatkan hak yang sama untuk mempelajari dan menguasai sejumlah materi dan mendapat nilai.

Pendidik hendaknya mengubah paradigmanya bahwa setiap anak didik adalah unik. Bahwa mereka perlu didampingi secara personal untuk menggali dan menemukan potensi, bakat pribadinya untuk dikembangkan sehingga berguna bagi masa depannya.

Pedagogi Persaudaraan di Masa Covid-19

Dr. Konstantinus Bahang, OFM memberi perhatian terhadap pedagogi persaudaraan. Dalam pedagogi persaudaraan kita membangunkan nurani kristen dengan konsep hidup yang benar, dengan menjaga kesetiaan pada Injil, agar sampai kepada keserupaan dengan Kristus, kepada kesatuan dengan persaudaraan universal dalam Allah dengan semua orang dan semua makhluk.

Berikut beberapa pemikiran pedagogi persaudaraan. Pertama, persaudaraan tempat pendidikan. Persaudaraan senantiasa dijadikan sebuah habitus sebagai nilai luhur Fransiskus Asisi. Kedua, dalam interaksi pedagogis tercipta relasi persaudaraan -- mempelai, saudara dan ibu. 

Sekolah menghadirkan karakter keluarga dalam proses pembelajaran: karakter seorang mempelai, karakter seorang saudara, dan karakter seorang ibu yang dengan tulus mencintai dan melayani seluruh anggota keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun