Wajah tak bertuan,
Siapa yang punya?
Ia selalu tenggelam dalam kerumunan menjadi hantu di siang bolong. Menjulurkan lidahnya yang terlatih, dengan satu tangan di dalam celana sementara tangan lainnya membakar dada dan kepala sehingga melahirkan dekapan-dekapan di balik jeruji besi.
Wajah tak bertuan,
Siapa yang punya?
Ia yang berdiri di puncak bukit, berselimutkan ayat-ayat suci, memuntahkan caci maki dan kebencian. Sementara di bawah sana, para pengagumnya menyambutnya dengan sorak sorai dalam satu irama. Ia pun merasa tersanjung dan dijunjung tinggi hingga ke puncak gunung yang beku.
Wajah tak bertuan,
Siapa yang punya?
Ia bertengger di layar kaca, mengintai setiap lawan meskipun itu kawannya. Mendandani kata-katanya dengan dentuman-dentuman nyingir lagi sinis sehingga mampu membius kebenaran dan menyembunyikannya dengan rapi di balik kesesatan nalar dan rasa.
Wajah tak bertuan,