Â
Penerimaan Peserta Didik Baru di DKI Jakarta jalur zonasi menuai polemik. Pasalnya, banyak siswa yang tersingkir dari sekokah negeri karena terbentur pada seleksi usia. Ironisnya, polemik itu muncul dari orangtua. Tidak ada anak-anak atau calon siswa sebagai "korban" yang meramaikan media sosial.
Sebagai guru sekolah swasta, persoalan calon siswa yang tidak diterima dalam seleksi jalur zonasi ini justru menggembirakan. Mengapa? Sekolah swasta, khususnya SMA dan SMK optimis mendapatkan siswa yang lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun-tahun sebelumnya, sekolah swasta umumnya menerima siswa "buangan" dari sekolah-sekolah negeri. Siswa yang mendaftar ke sekolah-sekolah swasta adalah siswa yang tidak diterima karena tidak lulus seleksi.
Hal ini pula lah yang menyebabkan tingkat kemampuan siswa pada sekolah-sekolah swasta, khususnya sekolah kategori menengah ke bawah, tergolong pas-pasan atau rendah.
Maka, tidak mengherankan, setelah tidak lolos seleksi jalur zonasi, beberapa hari belakangan ini, orangtua mulai mendaftarkan anaknya ke sekolah-sekolah swasta yang masih membuka pendaftaran siswa baru. Bukan mustahil, siswa yang masuk ke sekolah swasta tahun ini akan memiliki tingkat kemampuan akademik yang relatif lebih tinggi.
Sebuah Refleksi Orangtua
Perihal siswa yang tidak diterima di sekolah negeri karena terganjal syarat usia hendaknya menjadi pelajaran bagi orangtua.
Permasalahan umur siswa sebenarnya tidak terlepas dari proses awal pembelajaran di dunia pendidikan.
Coba kita lihat usia anak pada Taman Kanak-Kanak (TK). Orangtua memaksakan anaknya untuk masuk Kelompok Bermain (KB) pada usia 2 sampai 4 tahun atau TK pada usia 4 sampai 6 tahun. Orangtua seringkali mengabaikan kesiapan anak untuk masuk sekolah. Orangtua seringkali tidak memeperhitungkan perkembangan emosi dan sosial anak.
Bak sebuah mata rantai. Usia yang belum cukup bisa berlanjut ke satuan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya ke sekolah-sekolah swasta. Apalagi ditunjang oleh kemampuan finasial orangtua yang berhasil meloloskan anaknya meskipun belum cukup umur.