Penilaian Akhir Tahun (PAT) 2019/2020 saat ini sedang berlangsung hampir di semua sekolah di Tanah Air, mulai dari SD sampai SMA dan SMK. Ironisnya, bentuk PAT yang oleh pemerintah diserahkan kepada masing-masing sekolah, belum dilaksanakan secara efektif. Ada beberapa persoalan yang muncul menjelang pelaksanaan penilaian.
Guru Kurang Memahami Bentuk PAT
Pemerintah telah mengeluarkan keputusan mengenai pedoman pelaksanaan Penilaian Akhir Tahun (PAT) dan kenaikan kelas selama masa PSBB. Sesuai dengan situasi dan kondisi, sekolah boleh memilih tiga bentuk tes, yaitu portofolio, penugasan atau daring.Â
Dengan portofofio, guru mengakumulasi nilai-nilai pencapaian siswa per Kompetensi Dasar (KD) yang sudah terkumpul sejak awal semester berjalan (semester genap). Nilai-nilai ini diperoleh siswa melalui ulangan, latihan soal, dan unjuk kerja atau praktik sehubungan dengan kompetensi dasar tertentu.
Melalui penugasan, guru menugaskan siswa untuk mengerjakan  tugas yang berkaitan dengan kompetensi dasar tertentu. Misalnya, membuat karya tulis singkat terkait KD mata pelajaran dan lingkungan/ kehidupan, membuat karya kreatif penerapan ilmu pengetahuan sesuai KD mata pelajaran dalam bentuk ide/ gagasan berupa gambar, cerita, poster, iklan, bagan, sketsa, atau bentuk lain, membuat refleksi pengalaman belajar, kritik, dan/atau harapan terkait mata pelajaran yang bermakna bagi kehidupan diri dan lingkungan, menjawab soal yang relevan dengan masalah kontekstual dan berkait dengan KD tertentu.
Bentuk ketiga adalah tes daring. Sekolah yang menggunakan tes daring sudah mempertimbangkan kemudahan akses internet bagi warga sekolah. Dengan dukungan perangkat perangkat komputer, laptop, dan HP android, siswa dapat mengerjakan soal dari rumah.Â
Meskipun begitu, kenyataan di lapangan berbeda. Ada guru yang kurang bisa membedakan bentuk portofolio dengan penugasan. Siswa diharuskannya untuk mengumpulkan tugas-tugas yang dikerjakan selama Pembelajaran Jarak Jauh (PPJ). Di sini kelihatan terjadi salah persepsi guru akan bentuk portofolio dengan penugasan.
Di sisi lain, ada guru yang memilih bentuk PAT penugasan tetapi tidak memahami hakikat penugasan. Dia memberikan tugas kepada siswa dengan satu atau dua pertanyaan yang menggampangkan, pertanyaan yang bersifat informatif, bukan melibatkan nalar siswa dalam menganalisis dan mengaplikasikan pengetahuan siswa.Â
Padahal, penugasan yang dimaksud tidak sesederhana itu. Siswa membuat karya tulis yang berkaitan dengan kompetensi dasar tertentu, atau menjawab soal yang berkaitan dengan kompetensi dasar yang dikaitkan dengan masalah kehidupan kontekstual.
Kurangnya Pemahaman Orangtua tentang Bentuk PAT
Kurangnya sosialisasi mengenai proses evaluasi pendidikan kepada orangtua murid pun dialami selama PAT ini. Banyak orangtua kebingungan ketika menerima jadwal PAT dari sekolah. Orangtua tampaknya tidak memahami bentuk penilaian portofolio dan penugasan.Â
Ada orangtua yang yang beranggapan bahwa bentuk portofolio berarti orangtua menyiapkan kertas folio untuk dikumpulkan ke sekolah. Ada juga yang bertanya-tanya penugasan seperti apa yang harus dikerjakan anaknya.
Tampak di sini adanya kurang komunikasi antara sekolah dengan orangtua. Selayaknya, informasi mengenai kurikulum sekolah, termasuk proses evalusi pembelajaran sudah disosialisasikan pada awal tahun pembelajaran.Â
Kemungkinan lain, soasialisasi program pendidikan sudah dilaksanakan oleh sekolah pada awal tahun pembelajaran, namun orangtua ketika itu berhalangan hadir, ataukah memang orangtua hadir namun kurang memahaminya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, kiranya beberapa hal berikut menjadi perhatian bersama antara sekolah, orangtua dan siswa.
Sosialisasi Program Sekokah
Adalah mutlak bahwa adanya sosialisasi program sekolah kepada orangtua dan siswa pada awal tahun pembelajaran. Soasialisasi ini berkaitan dengan program kepala sekolah, program kurikulum dan program kesiswaan.Â
Selain sosialisasi, orangtua diberikan semacam buku pegangan yang berisi garis besar semua program kurikulum dan kesiswaan per semester atau per satu tahun pelajaran. Dengan begitu, orangtua dapat memantau kegiatan-kegiatan yang diikuti anaknya selama pembelajaran di sekolah.
Peningkatan Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru
Persoalan-persoalan yang ditemukan selama pembelajaran jarak jauh (PPJ) selama masa Covid-19 menjadi acuan bagi sekolah untuk meningkatkan kompetensi gurunya, khususnya kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.Â
Berkaitan dengan kedua kompetensi tersebut, guru diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan memilih bahan, merancang, dan menerapkannya dalam proses pembelajaran.Â
Termasuk proses evaluasi pendidikan. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, baik dilaksanakan oleh sekolah maupun melalui wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), atau yang dilaksanakan oleh pusat-pusat pelatihan di bawah koordonasi pemerintah.Â
Dengan begitu, diharapkan pada tahun pembelajaran beikut, guru dapat menjalankan proses pembelajaran di kelas secara hidup, menyenangkan dan mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Guru juga diharapkan menguasai materi pembelajaran yang up to date.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H