Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bahagianya Menjadi Bapak Rumah Tangga (BRT) di Masa Covid-19

11 Mei 2020   12:22 Diperbarui: 12 Mei 2020   13:26 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak salahnya jika momen tinggal di rumah dijadikan suami sebagai kesempatan untuk mengasah diri. (Foto: Jacoblund via Kompas.com)

Ibu Rumah Tangga (IRT). Itulah jenis pekerjaan yang melekat dengan seorang istri. Mengapa tidak? Coba kita lihat pada formulir biodata.

Pekerjaan Ayah: PNS atau guru atau pilot, atau lain-lain.

Pekerjaan Ibu: (jika tidak ada pekerjaan di luar rumah) kita pasti mengisinya dengan "Ibu rumah tangga".

Bagaimana kalau ketika pengisian formulir, seorang ayah tidak bekerja? Apakah kita berani mengisi dengan " bapak rumah tangga"? Rasa-rasanya mustahil.

Mengapa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga identik dengan seorang istri? Jawabannya, karena kebiasaan masyarakat, karena budaya.

Bekerja mengurus rumah tangga merupakan pekerjaan yang tidak ringan. Seorang istri bekerja setiap hari, mulai dari ia membuka mata di pagi hari sampai ia menutup matanya di malam hari. 

Pekerjaan yang dihadapi di rumah begitu kompleks. Selain mengurusi anak-anak yang berbeda karakter, berbeda kemauan, berbeda cita rasa, juga harus menangani berbagai pekerjaan kebendaan. Ia harus menyapu dan mengepel, mencuci, menyetrika, memasak, dan lain-lain.

Istri sebagai pengurus rumah tangga pantas kita hargai, pantas kita angkat jempol setinggi bintang di langit. Ia menjalankan pekerjaan ini atas dasar cintanya terhadap suami dan anak-anaknya. 

Cinta itulah yang melahirkan tanggung jawab, kesetiaan, dan pengorbanan dirinya demi kelangsungan hidup dan demi kebahagiaan keluarga.

Masa tinggal di rumah selama pandemi virus corona menjadi momen yang berharga bagi keluarga. Salah satu manfaatnya adalah terjalinnya kebersamaan.

Orangtua menjadi lebih dekat dengan anak-anaknya di rumah, karena sebelumnya mereka hanya bisa berkumpul pada hari libur, seperti Sabtu dan Minggu. Orangtua berkesempatan untuk bermain bersama anak-anaknya, dan mendampinggi anak-anaknya dalam belajar jarak jauh (daring).

Momen ini pun akan menjadi lebih berarti jika pekerjaan di rumah ditangani bersama. Dalam suasana kekeluargaan, keluarga berkompromi, membagi tugas kepada setiap anggota untuk menangani bidang pekerjaan tertentu. Alangkah bahagianya!

Suami Menjadi BRT
Tidak salahnya jika momen tinggal di rumah dijadikan suami sebagai kesempatan untuk mengasah diri. Suami bisa belajar menjadi bapak rumah tangga (BRT).

Ia mencoba untuk secara sadar mengambil alih peran istri yang sudah seumur perkawinan mereka. Dengan begitu, suami bisa memetik manfaat bagi pendewasaan dirinya dan kebahagiaan keluarga.

Perbesar Rasa Cinta terhadap Istri
Mengambil alih pekerjaan istri merupakan kesempatan suami untuk memahami betapa berat pekerjaan istri selama ini. Tanpa kenal lelah, tanpa mementingkan kesenangan dirinya, istri telah mengorbankan seluruh hidupnya untuk kebahagiaan keluarga. 

Semuanya itu dilakukannya karena dan atas nama cinta. Maka, dengan menyadari cinta yang besar terhadap keluarga ini, suami pun terdorong untuk semakin mencintai istrinya.

Perbesar Rasa Cinta terhadap Keluarga
Rutinitas suami sebagai pekerja di luar rumah sebelum Covid-19 telah mengurangi perhatiannya terhadap keluarga. Kesempatan menjadi BRT, seperti bermain bersama anak, mendampingi anak belajar atau mengerjakan tugas daring selama semakin menumbuhkan rasa cinta suami terhadap anak-anaknya.

Seorang bapak bisa memaksimalkan waktu di rumah untuk berinteraksi dengan anaknya (Foto: Purestock via Kompas.com)
Seorang bapak bisa memaksimalkan waktu di rumah untuk berinteraksi dengan anaknya (Foto: Purestock via Kompas.com)
Menghayati Makna Sebuah Panggilan
Mengurus rumah tangga adalah suatu panggilan hidup. Istri, entah disadari atau tidak, telah menjalankan panggilan hidupnya. Mengurus rumah tangga bukan sekadar kewajiban istri. 

Bukan pula sekadar penggenapan atas suatu peradaban bahwa istri harus tunduk dan melayani suami. Bukan pula sekadar pelestarian suatu budaya patrialistik. Istri telah menjawab panggilan Tuhan sebagai seorang wanita mulia yang membaktikan hidupnya demi kelangsungan hidup keluarga, demi kebahagiaan bersama. 

Maka, menjadi BRT merupakan kesempatan berharga bagi suami untuk memantapkan panggilan hidup yang selama ini ia jalani. Panggilan harus dijalani dengan penuh tanggung jawab demi kehidupan dan kebahagiaan keluarga.

Menumbuhkan Rasa Solider dengan PRT
Menyadari beratnya mengurus rumah tangga, dapat menimbulkan rasa solider terhadap pembantu rumah tangga (PRT). Meskipun jangkauan pekerjaan PRT berbeda dengan ibu rumah tangga (IRT), pekerjaan PRT tidaklah ringan. 

Apalagi ia berhadapan dengan nyonya rumah yang, maaf, memandang PRT sebagai pekerja yang dibayar, yang kadang-kadang tidak atau kurang mempedulikan rasa kemanusiaan. 

Menyadari beratnya mengurus rumah tangga, menumbuhkan rasa solider terhadap kaum PRT. Timbul rasa tanggung jawab moral untuk memperjuangkan hak-hak PRT jika terjadi penyimpangan di dalam masyarakat.

Silakan mencoba!
Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun