Memancing memang menyenangkan. Seseorang bisa duduk berlama-lama di alam terbuka sambil menikmati udara segar. Apalagi ketika senar pancingan mulai bergetar, ditarik dan dibawa lari ikan, lalu perlahan-lahan menarik ikan ke darat. Sungguh menimbulkan kepuasan, menimbulkan sensasi tersendiri yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Hal inilah yang menjadi daya tarik orang untuk terus memancing, entah itu di laut, sungai, danau, atau empang atau pemancingan air tawar. Banyak orang, terutama laki-laki, baik muda maupun tua mengunjungi tempat-tempat pemancingan tersebut setiap akhir pekan, bahkan ada yang mendatanginya setiap hari.
Manfaat Memancing
Kalau kita menanyakan apa manfaat memancing, umumnya mereka menjawab bahwa memancing dapat membuat diri rileks dan melatih kesabaran. Rileks karena memancing adalah kesempatan sesorang untuk mencari ketenangan. Kesempatan untuk melepaskan ketegangan setelah selama lima atau enam hari berkutat dengan pekerjaan.Â
Memancing juga melatih kesabaran seseorang. Dengan duduk berlama-lama, melatih seseorang untuk tidak cepat putus asa. Dia harus sabar menunggu berjam-jam  sampai ikan memakan umpan di kail lalu menariknya ke darat.
Nah, dalam tulisan ini saya lebih tertarik membicarakan suami yang selalu memancing. Mengapa? Karena kebiasaan memancing sesorang suami bersangkut pautnya dengan keluarganya.Â
Labih khusus lagi, persoalan kebiasaan memancing suami ternyata berdampak pada keharmonisan kehidupan rumah tangganya. Tulisan ini pun terinspirasi dari kesempatan konsultasi beberapa pasang suami-istri kepada saya.
Seorang suami yang suka memancing ternyata mempunyai beberapa tujuan. Pertama, mendapatkan ikan. Ikan hasil pancingan menjadi lauk bagi kekuarga, atau dijual agar uangnya dipakai untuk membeli kebutuhan keluarga lainnya.
Kedua, memancing untuk menyalurkan hobi. Memancing merupakan kegemaran, kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. Seorang suami selalu memanfaatkan waktu-waktu libur seperti hari Sabtu atau Minggu, atau hari libur umum untuk mengunjungi tempat pemancingan yang menyediakan banyak ikan.Â
Membawa pulang ikan atau tidak, bukan masalah. Yang terpenting adalah kepuasan dirinya. Ia sudah menikmati sensasi-sensasi: melemparkan umpan sejauh mungkin, sensasi menarik dan menggulung senar, sensasi meliuk-liukkan badan mengikuti arah ikan membawa kailnya.Â