Segenap lidah bergoyang
Telapak tangan terbuka
Dan lutut gemetar di hadapan-Mu.
Apakah Tuhan tidak mendengar?
       "Dengar."
Kenapa Tuhan tidak mengabulkannya?
       "Belum."
Ribuan kepala bersekutu
bagai lautan
Satu dalam irama dan
warna  bersorak
Menerjang kawat duri dan
senjata api
Menuntut keadilan hingga
jatuh korban.
Apakah Tuhan tidak melihat?
        "Lihat."
Kenapa Tuhan tidak menceraikannya
Dengan petir dan halilintar?
        "Belum."
Anak-anak di bawah umur
Mendekap lara, menahan rasa.
Bagai mainan direnggut
Dicabik-cabik masa depannyaÂ
oleh pemerkosa.
Apakah Tuhan tidak merasa prihatin?
      "Prihatin."
Kenapa Tuhan tidak
menghukum pemerkosa?
       "Belum."
Luka menganga
Darah mengucur
Jerit pilu meregang nyawa
Tersungkur pada jalan-jalan kelam
Diiringi sorak serak
kehilangan segala.
Apakah Tuhan tidur ketika pembegal berekasi?
         "Melek."
Kenapa Tuhan tidak mencegahnya?
         "Belum."
Kekejaman  merambah dunia
Penindasan,
Peperangan,
Bom bunuh diri di mana-mana
Ratap tangis anak kehilangan orang tua;
Kehilangan rumah,
Harta benda.
Apakah Tuhan tidak mendengar?
     "Dengar."
Kenapa Tuhan tidak membalas kekejaman itu?
     "Belum."
Beribu-ribu orang meninggal
Beribu-ribu orang terpapar sakit
Kepanikan, kegelisahan,
Ketakutan melanda dunia
karena virus corona.
Apakah Tuhan tidak melihat?
      "Lihat."
Kenapa Tuhan tidak mematikan
Covid-19?
      "Belum."
Tuhan, pemilik segenap!
Kapankah kuasa-Mu menyapa?
Janganlah belum-Mu menimbun
darah dan jerit kemelaratan.
"Belum-Ku bukan belummu. Â
Belum-Ku adalah waktu.
Belum-Ku adalah waktumu:
Berkaca pada darah dan  air mata untuk Memainkan tarianmu
Yang menyenangkan-Ku!"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI