Dunia Pendidikan
Selain sedang viral mengenai makan siang gratis dengan segala tetek bengek pro dan kontranya, atau wacana liburan super panjang di   tengah  semesteran berlangsung, atau mengenai UN ada lagi atau tidak, eh diperparah dan ditingkahi adanya video mengenai anak sekolah yang tidak tahu ada berapa bulan dalam dua tahun. Hal yang sudah lumayan  lama adanya hasil penelitian yang mengatakan IQ rata-rata penduduk Indonesia ada pada kisaran 78.
Literasi membaca dan numerik juga ada di posisi bawah di antara negara-negara lain. Lagi-lagi hal ini hanya menjadi polemik  dan pro kontra namun belum ada pembicaraan yang mengarah untuk memperbaiki kondisi ini baik dan segera.
Jika ada di lapangan akan paham, bagaimana susahnya menghadapi anak sekolah saat ini. Hal-hal yang sederhana saja tidak bisa atau tidak tahu. Pernah menyaksikan dengan kepala, berarti kuping, mata, dan semua Indera sendiri yang mendengar dan melihat, bagaimana anak kelas XII ditanya guru matematikanya 6:2, enam dibagi dua saja masih mikir dan tidak bisa menjawab. Ini factual, jangan membantah dengan berbagai dalih.
Apa yang terjadi dengan dua dunia yang terkisahkan di atas, penembakan dan dunia pendidikan kita adalah ketidakseimbangan. Â Â Terlalu menitikberatkan satu sisi, sehingga tidak menghasilkan manusia-manusia dewasa dan sehat secara kejiwaan.
Menekankan sisi intelektualis, otak, rasio, sehingga produknya adalah orang yang tidak punya empati, hanya mengadalkan otak dan logiknya. Menembak orang tanpa merasa bersalah, malah ngeles dengan berbagai alasan dan argument.
Jika mengedepankan hati, etika, moral, dan simpati, akan mengatakan, benar anggota kami lalai, akan kami pecat sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tanpa harus menyalahkan pihak lain. Malah sudah jadi korban masih juga difitnah. Kog tega-teganya.
Mengapa bisa demikian? Ya karena membenarkan diri dan kelompoknya, tidak ada sisi empati yang berasal dari hati. Kepala itu mengamankan diri dengan segala cara. Miris.
Tanpa mengakui kesalahan, tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah. Keberadaan dan kekacauan yang dilakukan apparat itu sudah sangat memprihatinkan. Sikap yang selalu membela korp itu bahaya. Benar korp tidak akan salah, namun para pelakunya bisa saja keliru. Hal yang berbeda namun sering dicampuradukkan. Â Hal ini yang memperparah keadaan.
Pendidikan kita saat  ini, diwarnai getolnya pengajaran agama yang sering cenderung hafalan. Hal ini jadi bumerang. Tidak kritis blas, malah sering jadi abai akan pengetahuan umum dan pengetahuan yang berbau ilmu pengetahuan. Dalil-dalil surgawi yang lebih menguasai dunia pendidikan negeri ini.  Â
Artikel ini tidak mendeskreditkan siapapun dengan maksud apapun, namun jika tidak pernah disadari ada masalah yang keliru dipahami seperti ini, tidak akan pernah ada perubahan. Pendidikan secara menyeluruh dan berimbang ala Aristoteles ini sangat menginspirasi untuk membawa perubahan Bersama sebagai bangsa.