Akankah Hasto Berakhir seperti Anas, Angie, atau Antasari Azhar?
Menjelang Natal, KPK menaikkan status Hasto Sekjend Partai PDI Perjuangan menjadi tersangka. Sampai tahun berganti, pembicaraan dan polemik masih saja terjadi. Pro dan kontra, pembelaan, celaan, dan bahkan ada yang mengatakan kuwalat terhadap mantan Presiden Jokowi segala. Hal yang lumrah, apa sih yang tidak pernah menjadi perdebatan di negeri ini.
Salah satu yang menarik adalah, pernyataan dari Hasto, bahwa ia memiliki banyak bukti video mengenai aksi korupsi yang dilakukan elit negeri lainnya. Hal yang biasa, bahkan ada yang bersumpah mau terjun dari Monas segala. Â Atau mau ungkap semua kebenaran di balik pidana yang telah dihadapi beberapa pihak, seperti Angelina Sondaag, Anas Urbaningrum, dan Antasari Azhar.
Semua menguap begitu saja. Anas Urbaningrum kek apa sejak sebelum ditangkap KPK sudah bicara banyak dan besar. Toh sampai sekarang, usai menjalani tahanan bertahun-tahun, tidak ada khabarnya sama sekali.
Pun dengan Antasahi Azhar, ia ketua KPK, lama di kejaksaan, pasti paham mekanisme hukum, bukti, dan saksi. Tidak ada suaranya sama sekali. Padahal sebelumnya begitu gagah, lantang, dan masuk partai pula, artinya memiliki penguat yang digdaya, toh tidak juga beraksi lebih jauh.
Angalina Sondaag pun sebelas dua belas dengan dua nama di atas. Susah apalagi perempuan, bukan soal seksis, namun perasaan, apalagi jika anaknya terancam, mana bisa bicara berbuat kencang lagi. Para laki-laki saja ciut nyali.
Korupsi tidak pernah sendirian.
Hal ini sangat factual, tidak akan bisa maling uang negara itu berjalan sendirian, tanpa pihak lain yang terlibat. Amat tidak mungkin. Nah, di sinilah, peran si "korban" yang merasa dibui sendirian layak untuk bersuara, sehingga pihak-pihak yang mendapatkan aliran dana, atau bekerja sama, semua juga kena pidana.
Di Indonesia kan tidak, yang disebut-sebut selama persidangan, bahkan masuk dalam vonis masih bisa tertawa-tawa dan menjadi pejabat yang lebih tinggi dan hebat. Mengerikan, apalagi sudah hilang  malunya.
Harapan baik jika falsafah tiji tibeh, tiba siji tiba kabeh, jatuh satu ya semua jatuh. Tidak malah sebaliknya, yang satu merana di penjara yang lain malah naik jabatan, promosi lebih keren. Toh semua juga paham bukan?
Jika benar Hasto memiliki video yang konon di simpan di Rusia, dan itu adalah fakta, bagus untuk memberantas korupsi yang makin ugal-ugalan. Seolah tidak ada yang bisa membersihkan virus paling ganas di negeri ini.
Jangan sampai hanya teriak-teriak tanpa aksi sebagaimana yang sudah-sudah. Saatnya bersih-bersih, semua perlu disikat sampai bersih. Rakyat sudah bosan mendengar elit saling sandera, saling melindungi.
Politisasi hukum dan penyelesaian hukum berbau politik menjadi penyakit kronis bangsa ini.  Hal ini termasuk korupsi yang sejatinya menjadi keprihatinan dan membuat aksi reformasi 98 dan menggulingkan penguasa Orde Baru  yang begitu digdaya
Eh, era reformasi malah makin marak dan galak pelaku korupsinya. KPK belum bisa diandalkan sebagaimana mestinya. Malah cenderung ikut arus dan tidak ada bedanya dengan masa lalu. Menambah anggaran namun hasilnya belum cukup memberikan harapan baik bagi kemajuan dan kesejahteraan negara ini.
Tentu bukan untuk membela pelaku korupsi, namun jika berani menyuarakan kebenaran, meskipun dari balik jubah kejahatan, mengapa tidak. Biar negara dan bangsa ini bersih, jangan karena berbeda afiliasi kemudian dipidana, Ketika satu barisan diam saja dan meraja lela. Jika demikian terus, hangan harap negeri ini bersih dari tikus berdasi.
Terima Kasih dan Salam
Susy Haryawan Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H