7 Kebiasaan Baik ala Mendikdasmen dan Menurut Saya
Kebiasaan baik yang digagas Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah ini baik. Namun ada beberapa hal yang bagi saya pribadi malah luput, jika melihat apa yang terjadi di Tengah Masyarakat kita selama ini. Hal yang paling jelas itu mengenai kegiatan beribadah. Mana ada sih Masjid, Gereja, atau tenpat ibadah lain yang sepi dalam hari-hari wajib beribadah, tanpa mengurangi rasa hormat untuk Vihara atau Pura, sepanjang yang saya lihat dan cermati ya milik dua kepercayaan itu.
Bagaimana ibadah namun tidak mengubah perilaku curang, korup, dan tidak bertanggung jawab. Apalagi hal-hal lain yang sangat tidak mendasar untuk memperbaiki kerusakan yang sudah parah terjadi di negeri tercinta ini. Revolusi Mental ala Presiden Jokowi selaku presiden ketujuh   sama sekali belum terlihat dampak signifikannya.
Jauh lebih pas 7 (tujuh) kebiasaan baik itu adalah
Satu, kejujuran. Sekian banyak peristiwa beberapa waktu ini adalah perihal kejujuran. Professor abal-abal, dalam artian ketika mengurus jabatan itu dengan cara-cara yang tidak baik, menggunakan jalur yang tidak semestinya. Terbaru, ya mengenai perolehan gelar doctor yang banyak diungkap di luar nalar atau prosedur.
Belum lagi jika bicara KKN, bagaimana kolusi, dan juga korupsi bukannya berkurang, namun malah bertambah mengerikan. Saling sandera dalam menyelesaikan masalah hukum. Jika orang gemar beribadah, jelas tidak demikian.
Pun dalam seleksi atau kenaikan pangkat, uang yang bicara, malah politik sekarang ini malah lebih ugal-ugalan lagi, ketika yang terjadi adalah saling sikut dan sikat demi kekuasaan dan perkoncoan. Bagaimana jiwa reformasi itu sedang pada titik terendah karena perilaku yang identic dengan masa itu. Dulu didemo dan dijatuhkan alas an yang sama.
Sebuah ungkapan sarkas, kehilangan kambing lapor polisi jadi hilang juga sapi. Penegak hukum susah dipercaya, selain focus pada uang dan tidak menyelesaikan masalah.
Dua, tanggung jawab, kebiasaan yang hampir punah, sering terlihat, bagaimana orang bisa ngeles atas perilaku yang jelas-jelas salah. Kemampuan membolak-balikan fakta, mampu membuat pasal karet yang merajalela. Sederhana saja, bagaimana anak sekolah sama sekali sekarang ini susahnya minta ampun untuk membuat tugas.
Padahal itu adalah hal mendasar. Tidak heran karena sering diperilhatkan contoh elit yang ngeles atas perilaku jahat dan pidana mereka. Contoh jaksa yang main judi dikatakan iseng, padahal jelas-jelas itu adalah pidana bagi hukum Indonesia. Sikap tanggung jawabnya rendah, ngeles saja yang ada.