Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

(Anak Malang yang Tertolak 1) Penyebab

15 Oktober 2024   19:11 Diperbarui: 15 Oktober 2024   19:22 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[Anak Malang yang Tertolak 1] Penyebab

"Kamu lagi, kamu lagi...." kredo guru BK atau BP zaman dulu, ketika ada anak yang dinilai bandel  dan dipanggil ke ruang khusus di sekolah." Gak bosan-bosan sih dipanggil lagi, besok Bapakmu ke sekolah..."

"Kapan kamu berubah sihhhh...." ungkapan kegedegan mak-mak atau pak bapak atas perilaku anaknya yang membuat ulah di mana-mana. Merasa malu karena dipanggil guru BK ke sekolah," Bapak dan Makmu ini harus bekerja, bukan hanya mengurus kenakalanmu saja, mau gantikan Bapak cari uang....?"   

"Berkelahi lagi kamu, mau jadi jagoan sendiri, Bapak sudah capek ngurusin keberandalan, mau jadi preman ya ketika dewasa...." makian seorang bapak pada anaknya yang benjol dan berlumurah darah, tanpa tahu mengapa itu semua terjadi.

Orang tua, Guru BK, dan juga banyak orang yang hanya menghakimi anak-anak yang mendapatkan label bandel, nakal, ugal-ugalan, dan seterusnya. Tanpa mau tahu, mengapa itu semua terjadi. Padahal apa  yang dilakukan itu bisa jadi hanya caper, cari perhatian dari orang tuanya, atau bisa jadi mencari perhatian dari guru atau kawan-kawannya.

Ulahnya pokoknya di luar kebiasaan dan perilaku yang umum. Ada yang pendiam ekstrem, atau ugal-ugalan, tidak bisa disiplin, mau menang sendiri, tidak pedulian, gampangnya biang  masalah mau di kelas, atau seantero sekolah, pun di lingkungan rumah sangat mungkin juga demikian. Namun, bisa jadi di sisi lain misalnya di rumah alim, di sekolah nakal, atau sebaliknya, di rumah susah di atur, dan  di sekolah berperilaku sangat patuh.

Bisa jadi, mereka ini adalah korban dari keadaan di dalam keluarga. Salah satu yang sering terdengar dan bisa terdeteksi adalah penolakan atas keberadaan anak. Berdasar analisis mendengar, melihat, dan merasakan, ada sekitar 15 alasan mengapa anak tertolak.

  • Orang tua yang belum siap, khusus ekonomi
  • Orang tua yang traumatik
  • Mertua atau orang tua comel
  • Perbedaan jenis kelamin yang dikehendaki
  • Anak yang menjadi kambing hitam atas kejadian yang menimpa
  • Korban pergaulan bebas
  • Anak dibandingkan
  • Konflik orang tua
  • Egoisme orang tua
  • Ekspektasi orang tua yang tidak  realistis
  • Tuntutan budaya
  • Lingkungan yang toksik
  • Keluarga besar
  • Kegagalan alat kontrasepsi
  • Orang tua yang tidak dewasa, terluka juga

Paparan Orangf Tua Belum Siap, konteks ekonomi,

Secara singkat bisa dipaparkan mengapa demikian. Sering  terjadi, perkawinan yang belum dipersiapkan dengan baik, misalnya karena pergaulan bebas sehingga hamil. Pastinya ekonomi keluarga belum mencukupi.  Anak bisa menjadi pelampiasan, anak dipersalahkan mengapa lahir, dan mengganggu keberadaan dan kebebasan orang tuanya.

Anak yang tertolak, belum lagi ekonomi sulit, pastinya membuat orang tua stres dan mudah marah. Dampak pada pengasuhan, perhatian, dan penanganan anak  sangat signifikan. Biasanya akan mudah label nakal, berandalan, tidak tahu aturan, dan cap-cap negatif lainnya.

Jika pihak sekolah hanya memanggil orang tua, anak ke ruang BK atau BP saja, dan tidak menemukan akarmasalah, apalagi  kemudian dihukum ini dan itu, pastinya tidak menyelesaikan masalah.

Jika benar, karena pergaulan yang keliru, bisa dinilai, mereka belum juga cukup umur. Lagi-lagi akan menjadi masalah. lebih lanjut dan lebih luas akan dibahas pada poin berikut yang mengulas mengenai korban kebebasan pergaulan dan ketidakdewasaan orang tua.

Tentu saja ada orang tua yang sukses mengatasi kekeliruannya dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Anaknya pasti akan baik-baik saja, tidak akan menjadi biang masalah.  Namun, tidak   banyak.

Ketidaksiapan ekonomi bisa juga terjadi, jika anak sudah cukup namun, ternyata nambah tanda diduga. Sangat mungkin menjadi konflik, saling menyalahkan, dan ujungnya anak menjadi korban. Beban ekonomi meningkat karena tambah satu tanggungan. Hal ini sangat mungkin terjadi.

Konflik ini sangat berpengaruh pada kandungan dan pada anak ketika lahir dan tumbuh kembang.    

Bersambung poin berikut....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun