Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Naturalisasi Membuat Malu Peter F. Gontha dan Nasionalisme

13 September 2024   15:34 Diperbarui: 13 September 2024   15:36 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelima, cara mengoper. STY mengeluhkan pemain timnas saja masih salah oper, karena posisi dan cara menendang saja keliru, operannya juga pastinya akan mlengse. Bayangin target kelas dunia, tapi skil kelas kampung, tapi omongnya mengenai pembinaan.

Keenam, mosok Peter F. Gontha tidak pernah tahu atau mendengar model pemain titipan di timnas Indonesia sih? Terlalu naif jika malu naturalisasi, namun tidak malu melihat pengelolaan timnas yang tidak profesional.

Ketujuh, lihat saja liga di Indonesia yang  begitu-begitu saja. Prestasi kalah dengan ingar bingar skandal atau kasus demi kasus. Lihat saja kapan sih bisa bicara banyak di level regional saja, apalagi    bicara Asia atau dunia, terlalu jauh. Liga Jepang yang dikelola profesional, dulunya belajar di sini, dan mereka melesat, gurunya mundur. Pembinaan macam apa lagi Peter?

Kedelapan, pengaturan skor dan sepak bola gajah di tingkat yunior sudah terjadi. Pembinaan macam begini  yang mau dibawa ke tingkat dunia? Anak-anak tidak akan mungkin paham model main gajah, itu pasti orang dewasa di sana.

Kesembilan, Peter F. Gontha tidak sendirian yang menilai jelek pemilihan pemain keturunan. Jadi memang tabiat negeri ini. Tidak nyengkuyung program lain yang baik, namun lebih suka menghantam apa yang pihak lain lakukan.

Kesepuluh. Mengapa Indonesia tidak pernah maju? Ya karena banyak model ini, menghina upaya yang dilakukan. Lihat saja pengelolaan tambang diambil alih negara sendiri dikatakan apa mampu, tanpa merasa bersalah padahal itu saudaranya sendiri. Malah jadi penyemangat negara lain.

Hal lain juga identik, misalnya mobil nasional. Diremehin. Banyak omong jelek yang sama sekali tidak konstruktif.  Adanya malah membuat keadaan makin buruk.

Kenapa hanya Indonesia yang dirusuhin soal pemain keturunan, asing, atau naturalisasi, tuh Spanyol, Itali, Inggris, Perancis, Jerman, kurang apa mereka, bahkan pernah juara dunia. Mereka diam saja, tidk ribut soal kewarganegaraan yang asli, keturunan, atau naturalisasi.

Terlalu repot dengan istilah dan tetek bengek yang tidak mendasar. Faktanya dengan pemain asli Indonesia toh hanya menjadi penggembira     saja di level Asia Tenggara. Pernah ketar ketir menghadapi Singapura, Philiphina, Malaysia,  bahkan Laos pun pernah keder duluan. Macam itu yang dimaui dengan atas nama nasionalisme?

Berbagai pihak enggak Indonesia maju dan bergerak melampaui kemampuannya. Mengenai kemandirian energi, pengelolaan tambang, kini bola pun rame-rame meributkan, di dalam negeri sendiri juga malah mendukung aksi itu.

Susah maju jika demikian. Energi negatif   yang digelontorkan terus menerus, menggerus upaya dan aura positif yang ada. Semua kalah dan menyerah karena kurangnya dukungan. Hanya membuat mafia, calo, dan para penaguk keuntungan berpesta pora.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun