Akibat Jokowi effek yang tidak  terduga menggulingkan capresnya dan membuat kalang kabut kandang-kandang sumber dan lumbung suara. Hampir semua keok dengan telak. Hal ini yang membuat banteng seolah tidak berdaya, kepercayaan diri mereka runtuh sebelum bertung. Kehabisan energi duluan sebelum sampai pada pendaftaran.
Baliho penjaringan kader di sudut-sudut  kota itu menggambarkan mereka ketakutan. Tidak ada satu pun gambar orang banteng yang cukup mentereng di Jawa Tengah dan kota-kabupaten kali ini. level gubernur tenggelam oleh nama Lutfi dan Daryono, dari partai antah barantah, hanya karena partainya menang pilpres. Mereka berani tampil di atas banteng yang sedang letih dan lesu.
Padahal tidak perlu demikian kalut dan takut. Partai banteng bisa membuat gebrakan, konsolidasi, dan merapatkan barisan. Memanfaatkan soliditas mesin partai untuk menggulung balik kekuatan yang merontokkan mereka dalam pilpres lalu.
Meminimalisasi konflik internal yang merugikan sendiri sebagaimana pilpres lampau. Lihat bagaimana Bambang  Pancul malah manuver sendiri, jelas kepentingannya apa. Namun merugikan  capresnya. Hal ini yang harus diantisipasi dan diminimalkan, bukan malah menjadi-jadi.
Kondisi dan situasi pilkada dan pilpres tentu berbeda. Jika memang curiga ada permainan uang, pastinya kemampuan pihak yang menggulung mereka sudah terkuras banyak. Tidak akan cukup dana lagi untuk pilkada kali ini. Sikap   optimis ini kelihatannya yang membuat banteng terkena sindrom dan menjadi lumpuh.
Yakinkan pada publik bahwa mereka garda terdepan dalam membentengi NKRI, tidak mau bermanuver dan bareng dengan kelompok ultrakanan dalam memenangkan pilpres ataupun pilkada. Hal yang sangat positif. Menekan perilaku intoleransi yang kembali marak. Mereka bersikap dan dengan tegas menyatakan dalam  menjawab kasus-kasus yang terjadi. Tidak hanya diam saja.  Khas partai ini kala menghadapi musuh bangsa. Hanya diam.
Calon-calon berintegritas, sudah teruji, dan berpengalaman. Jangan kalah dengan  petualang politik yang baru kemarin sore, hanya karena menang dalam pilpres sudah seolah adalah pemenang dalam segala hal. Mosok kalah gertakan dengan model begini? Mana tandukmu Banteng?
Kesempatan untuk memperoleh simpati publik, bahwa perjuangan mereka di pengadilan MK itu serius, bukan sekadar hanya karena kalah terus waton sulaya. Jika demikian apa bedanya dengan partai yang teriak curang cureng bertahun lalu?
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H