Tiga, membangun sikap fanatisme ke dalam bukan ke luar. Â Hal yang sering abai disadari dan dibangun dalam hidup bersama.
Empat, bayangkan jika semua sama, apa tidak mboseni dan membuat keadaan jenuh karena tidak adanya perbedaan. Bayangkan mozaik itu jika semua sama, tidak akan ada keindahan dan nilai seninya.
Lima, bangun sikap percaya diri. Lebih banyak menilai diri positif, sehingga tidak melihat liyan, pihak lain  sebagai pesaing dan cemas jika diserang. Tidak akan ada hal itu, hadir sikap takut diserang  itu karena sikap minder dan tidak percaya diri.
Bangsa ini terlalu besar, sayang jika hiruk pikuk karena bertikai dan memperbesar perbedaan-perbedaan. Â Para pendiri bangsa sudah susah payah menyatukan ribuan perbedaan, yang dimanfaatkan penjajah untuk memperlemah. Jangan sampai anak-anak negeri justru ikut mengembalikan keadaan itu lagi.
Toleransi itu bukan bicara kalah menang, namun menang-menang. Jiwa menang itu proses dan perjuangan yang tiada kenal henti. Kebesaran jiwa untuk memberikan  hak kepada sesama yang sama-sama juga memiliki hak.
Egoisme dan fanatisme membuat pemaksaan dan sikap menang kalah yang dikedepankan. Perlu disadari bahwa hal itu tidak layak dipertahankan.Â
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
 Â
Â
Â