Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hari Pendidikan Nasional, Pendidikan Murah, dan IQ 78

2 Mei 2024   05:33 Diperbarui: 2 Mei 2024   16:23 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Pendidikan Nasional, IQ 78, dan Pendidikan Murah

Hari ini adalah Hari Pendidikan Nasional. Ki Hajar Dewantara selaku pejuang pendidikan tentu paham dan sangat sedih, jika hasil perjuangannya dulu itu hari-hari ini malah menghasilkan IQ rata-rata 78.

Tentu saja bukan kesalahan beliau, melainkan bagaimana sistem pendidikan hari ini yang bermasalah. Hari ini bukan konteks saat ini saja, namun bertahun belakangan ini.

Riset yang mengatakan bahwa kemampuan dan kecerdasan manusia Indonesia pada kisaran 78 itu termasuk rendah. Bandingkan negara-negara tetangga yang sudah pada angka 100, lebih jauh negara maju pada angka 105, tentu sangat memprihatinkan.

Ditambah dengan kemampuan dan kehendak membaca yang sangat rendah. Mau tidak mau, di mana otak diasah, salah satunya dengan membaca. Kalau melihat buku saja sudah mual, kan repot, bagaimana itu bisa membuat IQ meningkat. Apalagi zaman digital, lebih asyik melihat video, TikTok, YouTube, yang sering konten tidak bermutu.

Pendidikan tidak murah sebenarnya, meskipun sudah ada pendidikan gratis di beberapa sekolah, tempat, dan jenjang. Pendidikan sangat terjangkau, hampir semua anak sekarang lulusan sekolah menengah atas, SMA-K, jarang yang putus di SD atau SMP, bahkan perguruan tinggi sangat banyak peminatnya. Gedung-gedung baru dibangun oleh universitas baik negeri ataupun swasta. Bandingkan dengan 20 atau 30 tahun lalu sudah sangat jauh berbeda.

Namun, kembali, mengapa malah IQ-nya 78?

Sudah tersebut di atas. Minat baca rendah. Mau apalagi jika kemampuan dan kemauan membaca saja sudah tidak ada. Bagaimana mau mengisi otak dengan hal-hal yang sangat bermanfaat, kaya, dan juga bernilai tinggi? 

Habitat, lingkungan, kebiasaan, dan kesenangan membaca luntur, dulu banyak orang di angkutan umum membaca koran. Membaca buku ketika aktivitas senggang, sekarang hampir tidak ada. lebih asyik medsosan yang sering malah menebarkan kebohongan, fitnah, dan perselisihan.

Pendidikan yang berorientasi nilai, angka, dan rangking. Pernah ada masa di mana pemerintah mencanangkan nilai UAN selalu naik, namun tidak mengubah apa pun, karena standar soalnya yang diturunkan. Pemberian uang bagi sekolah yang sukses dengan nilai tertentu. Benar, nilai itu jelas parameter yang terukur, namun tidak juga sebegitunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun