Pelatih asing juga begitu banyak di liga, toh sepanjang sejarah juga belum memberikan kontribusi yang cukup signifikan, baik untuk klub apalagi timnas. Belum bisa bicara banyak di level regional, masih jagoan kandang sendiri. Â Terlalu jauh jika bicara timnas.
Harga pemain dan pelatih yang gila-gilaan, namun sekadar sensasi dan bukan prestasi. Hal ini juga membunuh talenta muda, bukan hanya naturalisasi yang membuat bakat itu tidak bermanfaat. Kembali hal ini berkaitan dengan capaian klub dan timnas.
Apa yang dilakukan STY dan federasi saat ini jauh berbeda, bertahun lalu, naturlisasi pemain-pemain gaek, menjelang usai pensiun, mereka sudah melampaui usia emas mereka. Tidak memberikan kontribusi yang cukup besar. Lihat yang sekarang ini, di bawah 23 tahun. Memiliki rentang waktu yang sangat panjang, bisa berkarir untuk timnas satu dasa warsa, sangat matang.
Pemain berasal dari klub lumayan gede, bukan dari liga antah barantah, asal asing saja. Hal yang membantu mengubah tabiat pemain Indonesia yang susah dibina sebagaimana dibahas di atas. Profesionalitas mereka sangat mempengaruhi kebiasaan pemain lain.
Proses dan perjuangan, ini sering dilupakan oleh anak negeri ini. Gegap gempita  dan pujian yang sering membuat melambung dan kemudian terjerembab. Berkali ulang kog terjadi demikian. begitu bagus kemudian melempem dan hilang. Ada Alfred Riedel, Pieter White, Luis Milla, dan kini STY. Jangan lagi hanya sejenak memberikan harapan kemudian kabur entah ke mana.
Pisahkan bola, agama, dan politik. Tidak akan memberikan kebaikan, malah memperburuk. Bola ya  biarkan saja di sana, tidak usah diberi embel-embel afiliasi dan ideologi yang malah merugikan. Hal ini ada yang menyoroti, kebanggaan menjadi pemain timnas yang tidak kuat. Maka, mereka kalah sebelum bertanding. Kini, ketika Malaysia dan Vietnam sudah mulai keder duluan, mainkan itu dengan melepaskan atribut lain yang tidak penting.
Beri dukungan penuh pada tim pelatih yang memang sudah bekerja keras, memutar otak untuk bisa banyak bicara, bukan sekadar menjadi tim pelengkap di arena pertandingan. Selalu ikut seleksi piala dunia, piala Asia, namun mentok di putaran grup, dan kadang juru kunci, kini mulai diperhitungkan lawan-lawan, kembali menjadi perbincangan negara-negara kompetitor, jangan dipatahkan semangat ini. Â Â Â Â Â
Perbaikan liga dan juga profesionalisme federasi sangat penting. Ini tidak akan bisa naturalisasi, hanya kehendak baik yang bisa mengubah keadaan. Jangan sampai hanya jalan di tempat.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H